Kamis, 08 Februari 2018

Membantah Ahlul Bid'ah Jihadnya Salaf

Al-Imam Yahya bin Yahya At-Tamimi berkata, “Membela sunnah lebih utama dari jihad berperang di jalan Allah.” (Majmu’ Fatawa 4/31)

Al-Hasan Al-Bashri dan Ibrohim An-Nakho’i berkata, “Tak ada kehormatan bagi ahli bid'ah untuk mengghibahinya.” (Syarh Ushul I’tiqod Ahlissunnah Al-Lalaka’i 1/140)

Makki bin Ibrohim berkata, “Dahulu Syu’bah pernah mendatangi ‘Imron bin Hudair, ia berkata, “Mari kita berghibah karena Allah!” (Al-Majruhin 1/25)

Al-Imam Asy-Syafii berkata, “Cukuplah kalian dari haditsnya si Fulan”, dan “Jangan kalian menerima haditsnya si Fulan”, ini bukan ucapan ghibah. (Ma’rifatus Sunan wal Atsar 1/148)

Ketika Imam Ahmad berkata, “Fulan dho'if (lemah), Fulan tsiqoh (terpercaya)”, maka Abu Turob menimpali, “Jangan engkau mengghibahi Ulama!”, lalu Imam Ahmad menoleh kepadanya dan berkata, “Celaka engkau! Ini adalah nasehat, bukan ghibah!” (Tarikh Al-Khothib 12/316)

Al-Imam Ahmad berkata, “Jika engkau diam dan akupun diam lantas kapan orang yang jahil (tidak berilmu) akan mengetahui mana yang benar dan mana yang salah!” (Majmu’ Fatawa 28/231)

Al-Imam Al-Humaidi berkata, “Demi Allah! Aku berperang (dengan hujjah) menghadapi mereka orang-orang yang menentang hadits Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam lebih aku sukai, ketimbang aku berperang melawan orang-orang kafir.” (Sittu Duror min Ushuli Ahlil Atsar hal. 119)

Riwayat-riwayat ini membuktikan kesungguhan para Ulama Salaf dalam menjaga kemurnian agama dari hadits-hadits lemah, hadits-hadits palsu, rowi-rowi pendusta maupun penyimpangan ahlul bid'ah wal furqoh. Semua itu diperingatkan dalam rangka tashfiyah (pemurnian) syariat dari hal-hal yang mencampurinya serta membentengi aqidah umat dari kesesatan. Allah berfirman:

لقد من الله على المؤمنين إذ بعث فيهم رسولا من أنفسهم يتلو عليهم آياته ويزكيهم ويعلمهم الكتاب والحكمة وإن كانوا من قبل لفي ضلال مبين

“Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Dia mengutus di antara mereka seorang Rosul dari golongan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan mereka (at-tashfiyah), dan mengajarkan kepada mereka (at-tarbiyah) al-kitab wal hikmah, dan sesungguhnya mereka dahulu benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (Al-'Imron: 164)

Al-‘Allamah Mahmud Al-Alusi dalam tafsirnya "Ruhul Ma'ani" menjelaskan, “Bahwa makna membersihkan mereka dalam ayat ini adalah membersihkan mereka dari kotoran-kotoran jahiliyyah maupun kerusakan-kerusakan dalam perkara aqidah.” 

Satu saja dari perkara aqidah diingkari maka fatal akibatnya. Seperti yang diperbuat oleh salah seorang yang bernama Ma'bad Al-Juhani di Bashroh, dia orang yang pertama kali menyimpang berbicara masalah taqdir sehingga mencuatlah kelompok qodariyyah. Hal itu disampaikan kepada salah seorang shohabat Nabi Abdullah bin 'Umar rodhiyallahu 'anhu, maka beliau berkata, “Kalau engkau bertemu mereka, beritahu mereka bahwa aku telah berlepas diri dari mereka dan mereka berlepas dariku! Demi Dzat yang Abdullah bin ‘Umar bersumpah dengan-Nya, andaikata mereka punya emas sebesar gunung Uhud lalu mereka infaqkan, maka Allah tidak akan menerimanya sampai mereka beriman kepada taqdir.” (Riwayat Muslim)

Semoga Allah menganugerahkan kita istiqomah di atas manhaj aqidah ahlissunnah wal jamaah dan tidak menggadaikan aqidah demi mengikuti kebanyakan manusia.
__________

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar