Minggu, 14 Januari 2018

Melawan Gelombang Sekularisme

Sekularisme adalah paham yang menganggap moralitas tidak perlu didasarkan oleh ajaran agama. Sekularisme juga berarti ideologi yang memisahkan antara negara dengan agama. Menurut Mohammad Natsir, sekularisme adalah cara hidup yang mengandung paham, tujuan, sikap hanya dalam batas hidup keduniawian semata.

Pengaruh sekularisme dalam sejarah begitu kuat melanda Eropa sejak beberapa abad lamanya. Hal itu didorong oleh bangkitnya "kesadaran" umat Kristen bahwa agama yang mereka anut banyak bersinggungan dengan ilmu pengetahuan. Problem teologi inilah yang memicu perlawanan di Barat dengan melancarkan program sekularisasi. Saking pesatnya, paham sekuler secara perlahan merambah ke dunia Islam bersamaan dengan kolonialisasi di negeri-negeri kaum Muslimin.

Di Indonesia, wacana sekularisme bergulir cukup lama. Bermula dari pendekatan filsafat, lalu menanamkan keyakinan secara apriori bahwa Baratlah sumber pengetahuan, cara-cara berpikir model Barat yang bisa diandalkan, Barat pusat metode ilmiah. Adapun Al-Qur'an harus diterjemahkan menurut kondisi kekinian lantaran dianggap produk budaya. Sedangkan Nabi Muhammad adalah tokoh sejarah saja, dan para Shohabatnya adalah para politikus yang saling berambisi kepada kekuasaan.

Di ranah publik pembicaraan seputar agama harus diminimalisir. Jangan bawa-bawa agama cukup dalam pribadi masing-masing. Jangan menyinggung batas halal harom. Adapun di ranah politik, negara tidak boleh diintervensi oleh aturan Islam, PERDA syariat melanggar HAM, kata mereka ini negara Pancasila bukan negara Muslimin!

Begitulah sesungguhnya modus pendangkalan umat Islam terhadap agamanya. Melalui program sekularisasi muncul generasi-generasi yang minder dalam berislam. Sadar atau tidak, orang-orang yang hanyut dalam arus sekularisme dan melecehkan Islam telah kafir dengan sendirinya meski dirinya masih sholat dan mengaku sebagai muslim. Allah berfirman:

ألم تر إلى الذين أوتوا نصيبا من الكتاب يؤمنون بالجبت والطاغوت ويقولون للذين كفروا هؤلاء أهدى من الذين آمنوا سبيلا أولئك الذين لعنهم الله ومن يلعن الله فلن تجد له نصيرا

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari al-kitab? Mereka beriman kepada al-jibt dan ath-thoghut serta mengatakan kepada orang-orang kafir bahwa mereka itu lebih benar jalannya daripada jalannya orang-orang yang beriman. Mereka itulah orang-orang yang dilaknat Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya.” (An-Nisa’: 51-52)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Banyak orang yang mengaku Islam namun berpaling dari ajarannya dengan membuang Al-Qur’an di balik punggung mereka lalu mengikuti apa saja yang dibisikkan oleh syaithon. Dia tidak mengagungkan perintah Al-Qur’an dan meninggalkan larangan-Nya. Tidak pula berloyalitas kepada orang yang diperintahkan Al-Qur’an untuk berloyal dengannya. Dan tidak memusuhi orang yang diperintahkan Al-Qur’an untuk memusuhinya." 

Allah juga berfirman:

ألم تر إلى الذين يزعمون أنهم آمنوا بما أنزل إليك وما أنزل من قبلك يريدون أن يتحاكموا إلى الطاغوت وقد أمروا أن يكفروا به ويريد الشيطان أن يضلهم ضلالا بعيدا

"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thoghut padahal mereka telah diperintah mengingkari thoghut itu. Dan syaithon bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya." (An-Nisa’: 60)

Thoghut sebagaimana yang disampaikan oleh Ibnul Qoyyim adalah semua pihak yang menjadi sebab seorang hamba melampaui batasan-batasan Allah. Baik wujudnya sesuatu yang diikuti (seperti paham sekularisme, liberalisme, pluralisme dan paham-paham bid'ah mukaffiroh, -pen), atau pimpinan yang ditaati,atau sesuatu yang diibadahi. Jika semua itu menjadi sebab orang lain melampaui batasan Allah maka dialah yang disebut thoghut yang harus diingkari.

Allah juga berfirman:

أفرأيت من اتخذ إلهه هواه وأضله الله على علم وختم على سمعه وقلبه وجعل على بصره غشاوة فمن يهديه من بعد الله أفلا تذكرون

"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan sesembahannya dan Allah membiarkan dirinya sesat di atas ilmu dan mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas pengelihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (Al-Jatsiyah: 23)

Sebagai orang yang beriman tentu kita meyakini hanya Allah satu-satu-Nya pihak yang menciptakan alam ini. Dia yang Mahapencipta maka Dia pula yang paling mengetahui aturan apa yang dibutuhkan oleh ciptaan-Nya. Allah menurunkan Al-Qur'an sebagai hukum sekaligus pedoman hidup yang diajarkan oleh Rosul-Nya shollallahu 'alaihi wasallam. Al-Qur'an juga berisi tantangan bagi siapa saja yang meragukan kebenarannya. Dengan Al-Qur'an ini pula Nabi shollallahu 'alaihi wasallam dan para Shohabat meraih kejayaan yang tidak pernah dicapai oleh umat-umat lainnya.

Jadi "kemajuan" dunia Barat itu sebetulnya lantaran mereka meninggalkan agamanya dan menolak terikat oleh doktrin gereja yang membuat mereka lemah. Adapun kemunduran umat Islam faktor utamanya disebabkan oleh kebodohan tentang urusan agamanya karena meninggalkan Al-Qur'an was Sunnah sebagaimana yang dipahami oleh para Salafussholih. Kedua hal ini yang harus dicermati oleh umat Islam agar tidak salah persepsi dan mengambil langkah yang menyelisihi tuntunan syariat.
____________

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar