Senin, 22 Januari 2018

Kalimat Tauhid Timbangannya Lebih Berat dari Langit & Bumi (Pentingnya Belajar Tauhid)

Dari Abu Sa’id Al-Khudri rodhiyallahu ‘anhu bahwa Rosulullah ﷺ bersabda:

يا رب علمني شيئًا أذكرك وأدعوك به قال قل يا موسى لا إله إلا الله قال يا رب كل عبادك يقولون هذا قال يا موسى لو أن السماوات السبع عامرهن غيري والأرضين السبع في كفة ولا إله إلا الله في كفة مالت بهن لا إله إلا الله

“Musa berkata, “Ya Robb, ajarkanlah aku sebuah kalimat yang dengannya aku berdzikir kepada-Mu dan berdoa. Allah berfirman, “Katakanlah wahai Musa, “Laa ilaaha illallaah”. Lalu Musa berkata, “Ya Robb, semua hamba-Mu mengucapkannya.” Allah berfirman, “Wahai Musa, andaikata langit yang tujuh beserta penghuninya selain Aku dan bumi yang tujuh diletakkan di atas satu anak timbangan, sedangkan kalimat “Laa ilaaha illallaah” diletakkan pada anak timbangan yang lain, maka lebih berat timbangan yang di sana ada kalimat “Laa ilaaha illallaah”.” (HR. Ibnu Hibban dalam "Shohihnya" 2324, dan Al-Hakim dalam "Al-Mustadroknya" 1/528 dishohihkan oleh beliau dan disepakati oleh Al-Imam Adz-Dzahabi, Al-Hafidzh Ibnu Hajar Al-'Asqolani menshohihkan sanadnya dalam "Fat-hul Bari" 11/208)

Syaikh Abdullah Alu Jarullah menjelaskan, “Berdzikir kepada-Mu yaitu memuji Allah, sedangkan berdoa yaitu memohon kepada-Nya. Firman Allah, “Katakanlah wahai Musa, “Laa ilaaha illallaah”, menunjukkan betapa agungnya kalimat tauhid yang Allah khususkan untuk menjawab pertanyaan Musa. 

Hadits ini juga memberi faidah bahwa jumlah langit ada tujuh dan ada penghuninya dan beriman dengan adanya mizan yaitu timbangan yang memiliki dua anak timbangan." (Al-Jami’ul Farid hal. 16)

Hadits ini juga sebagai dalil bahwa Allah berada di atas langit sebagaimana dalam firman-Nya:

أأمنتم من في السماء أن يخسف بكم الأرض فإذا هي تمور

“Apakah engkau merasa aman terhadap Allah yang berada di atas langit bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kamu sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?” (Al-Mulk: 16)

Redaksi "Fis sama'" dalam ayat ini bermakna di atas, bukan di dalam langit terkungkung oleh ruang dan waktu. Karena kata "Fi" dalam bahasa Arab bisa bermakna "'Ala" yakni di atas seperti firman Allah:

ولأصلبنكم في جذوع النخل

"Dan sungguh aku (Fir'aun) akan menyalib kalian di atas pohon kurma." (Thoha: 71)

Juga firman Allah:

فسيحوا في الأرض أربعة أشهر

"Maka berjalanlah kalian (orang-orang musyrik) di atas bumi selama empat bulan." (At-Taubah: 2)

Maka keberadaan dzat Allah di atas langit bersumber dari pemberitaan Allah sendiri di dalam Al-Qur'an dan pemberitaan Rosul-Nya ﷺ dan hal ini telah disepakati oleh para Ulama dan inilah aqidah Salaf.

Al-Imam Ibnu Batthoh Al-Ukbari berkata:

وأجمع المسلمون من الصحابة والتابعين وجميع أهل العلم من المؤمنين أنَّ الله تبارك وتعالى على عرشه فوق سماواته بائن من خلقه وعلمه محيط بجميع خلقه، لا يأبى ذلك ولا ينكره، إلا من انتحل مذاهب الحلولية وهم قوم زاغت قلوبهم واستهوتهم الشياطين 

“Para Ulama dari kalangan shohabat, tabiin dan segenap Ulama kaum mukminin telah berijma' (sepakat) bahwa Allah tabaroka wa ta’ala di atas Arsy-Nya, di atas langit-langit-Nya, terpisah dari makhluk-Nya, ilmu-Nya meliputi seluruh makhluk-Nya, tidaklah menerimanya dan mengingkarinya melainkan dia bermadzhab Hululiyyah, mereka adalah kaum yang hatinya telah menyimpang dan disesatkan oleh syaithon." (Al-Ibanah 3/136)

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar