Senin, 29 Januari 2018

Esensi Ikhlas

Allah ta'ala berfirman:

وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين

“Tidaklah mereka diperintah melainkan agar beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama hanya untuk-Nya.” (Al-Bayyinah: 5)

Ayat ini berisi perintah mengikhlaskan niat dalam ibadah karena keikhlasan merupakan amalan hati yang menentukan kualitas ibadah seorang hamba. Abu ‘Ali Ad-Daqqoq berkata:

الإخلاص التوقي عن ملاحظة الخلق ، والصدق التنقي عن مطاوعة النفس ، فالمخلص لا رياء له ، والصادق لا إعجاب له

“Ikhlas artinya menjaga diri dari perhatian orang, sedangkan kejujuran mensucikan diri dari pengaruh hawa nafsu. Maka orang yang ikhlas tidak berlaku riya’, orang yang jujur tidak merasa 'ujub." (Al-Adzkar 1/7)

Riya yakni meniatkan ibadah demi mendapat pujian orang. Adapun 'ujub merasa diri besar. Maka pengertian ikhlas adalah memurnikan niat dalam menjalani ketaatan kepada Allah, bersih dari unsur riya maupun niatan-niatan syirik yang lain.

Ikhlas juga berarti menghambakan diri hanya kepada Allah dan meninggalkan segala bentuk penghambaan kepada makhluk. Baik dalam wujud keris yang dikeramatkan, orang sholih yang dikultuskan, pohon yang disakralkan, kerbau yang disucikan, ataupun batu yang diyakini bisa mendatangkan manfaat dan menolak mudhorot.

Maka orang yang ikhlas tidak menargetkan dari amalan-amalannya melainkan hanya keridhoan Allah. Jika menyinta maka cintanya karena Allah, jika membenci maka bencinya karena Allah, apa yang dilakukan dan apa yang ditinggalkan semuanya karena Allah.

Al-Imam Dzun Nun Al-Mishri berkata:

ثلاث من علامات الإخلاص استواء المدح والذم من العامة ، ونسيان رؤية الأعمال في الأعمال ، واقتضاء ثواب العمل في الآخرة

"Tiga perkara yang menunjukkan ikhlasnya niat yaitu menganggap sama pujian dan celaan orang awam, melupakan pengelihatan orang dalam beramal, mengharap dari amalannya pahala di akhirat.” (Al-Adzkar 1/7)

Mencapai keikhlasan memang tak semudah ucapan lisan. Akan tetapi para Ulama telah mewariskan resep ikhlas agar kita selamat dari perbudakan hawa nafsu, materi dan penghambaan terhadap dunia. Yaitu dengan memupus kesenangan hawa nafsu, ketamakan terhadap dunia dan mengupayakan kecintaan kepada akhirat.

Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba yang mukhlis dan senantiasa istiqomah di atas keikhlasan, wa billahit tawfiq.

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar