Senin, 06 November 2017

Mungkinkah Beragama Tanpa Manhaj?

Ustadz bagaimana jika ada yang berpendapat bahwa beragama tidak usah pakai manhaj, yang penting dia bagus dalam menjelaskan sesuatu sesuai Al-Qur'an dan Al-Hadits dan sangat menguasai dalam menjelaskan, hapal nomor ayat dan hadits, bahkan letak dan barisnya?

Jawaban: Pendapat seperti itu tidak benar. Bagaimana mungkin bisa memahami Al-Qur'an was Sunnah tanpa bimbingan manhaj yang benar? Ini menunjukkan yang berkata tidak mengerti apa itu manhaj? Dan mengapa harus bermanhaj?

Manhaj adalah metode atau cara beragama baik dalam beraqidah, beribadah, berakhlaq, maupun memahami dalil Al-Qur'an was Sunnah. Seperti manhaj dalam memahami Al-Qur'an ialah dengan merujuk kepada hadits yang shohih dan juga penafsiran para Shohabat. Dalilnya adalah firman Allah ta'ala:

وأنزلنا إليك الذكر لتبين للناس ما نزل إليهم 

"Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an, agar engkau (hai Muhammad) terangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka.” (An-Nahl: 44)

Para Ulama berkata bahwa maksud ayat "Agar engkau terangkan kepada manusia" yakni engkau sampaikan ayat-ayat Allah dan engkau jelaskan maknanya. 

Oleh sebab itu sering kita jumpai hadits-hadits shohih yang menjelaskan sebab turunnya ayat dan juga maknanya. Karena ayat-ayat Al-Qur'an itu diturunkan kepada Nabi shollallahu 'alaihi wasallam, tentu beliaulah orang yang paling memahami apa maksud ayat tersebut. Begitupula para Shohabat, mereka adalah pihak yang paling mengerti tentang apa yang dimaksud oleh Nabi shollallahu 'alaihi wasallam. Karena mereka adalah murid-murid beliau yang senantiasa mengikuti dan meneladani ajaran beliau sampai akhir hayat.

Walhasil jika manhaj ini ditinggalkan, tentu akan terjadi fitnah perpecahan dan kesimpangsiuran dalam memahami Islam, meski label pengajiannya "Sesuai Al-Qur'an dan Al-Hadits". Hal ini telah diperingatkan oleh Nabi shollallahu 'alaihi wasallam dalam sabda beliau:

فإنه من يعش منكم فسيري اختلافا كثيرا فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل بدعة ضلالة

"Barangsiapa yang masih hidup sepeninggalku, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Khulafa’urrosyidin Al-Mahdiyyin sepeninggalku, gigitlah ia (sunnah-sunnah itu) dengan gigi-gigi gerahammu. Dan hati-hatilah kalian dari perkara baru yang diada-adakan dalam beragama, karena setiap perkara yang baru itu sesat.” (HR. Abu Dawud 4607, At-Tirmidzi 2676 dan beliau berkata,  “Hadits hasan shohih", Syaikh Al-Albani menshohihkannya dalam "Shohihul Jami’" 2546)

Maka kita diperintah untuk mengikuti manhaj Nabi shollallahu 'alaihi wasallam dan para Shohabat dalam beragama agar selamat dari fitnah perpecahan dan kesimpangsiuran pemahaman. Inilah yang dimaksud dengan merujuk kepada manhaj Salaf yang sesungguhnya hakikat Islam itu sendiri.

Adapun kepiawaian dalam memaparkan materi, hapal nomor ayat dan hadits berikut letaknya di tengah, kanan atas, kiri bawah, maka itu hal yang baik, akan tetapi sama sekali bukanlah ukuran kebenaran. Justru hal itu dapat menjadi sebab fitnah bila pemahamannya terhadap Al-Qur'an was Sunnah menyelisihi manhaj Nabi shollallahu 'alaihi wasallam dan para Shohabat.

Nasehat kami, jika Anda ingin menghapal hadits, maka hapalkanlah haditsnya berikut sanadnya, keadaan para perowinya, serta komentar dan penjelasan para Ulama. Ini yang dilakukan oleh para Ulama Salaf dan ini yang jelas-jelas lebih berfaidah, wa billahit tawfiq.

Fikri Abul Hasan

Channel Telegram 
https://t.me/manhajulhaq

0 comments:

Posting Komentar