Rabu, 22 November 2017

Benarkah Tafwidh Aqidahnya Salaf?

Apakah aqidah Salaf aqidah tafwidh? Mohon dijelaskan Ustadz mengenai perkataan Imam Ahmad, "Hadits-hadits tentang sifat semuanya kami benarkan tanpa kaifiyah dan tanpa makna? Syukron jazakumullah khair.

Jawab: Aqidah Salaf Ahlussunnah wal Jamaah dalam perkara Al-Asma' was Shifat mengimani semua nama dan sifat-sifat Allah sesuai dengan kesempurnaan-Nya dan keagungan-Nya, tanpa tahrif (mengubah maknanya), tanpa ta'thil (menolaknya), tanpa takyif (menggambarkannya), tanpa tasybih (menyerupakannya dengan makhluk). Inilah aqidah Salafnya umat ini dari kalangan Shohabat Nabi, Tabi'in dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan.

Hal itu sebagaimana yang ditegaskan oleh Imam Malik tatkala beliau ditanya tentang makna istiwa'-Nya Allah di atas 'Arsy: 

الاستواء معلوم ، والكيف مجهول ، والإيمان بـــه واجب ، والسؤال عنه بدعة 

"Istiwa' itu maknanya telah diketahui, bagaimananya tidak diketahui, mengimaninya wajib, dan bertanya-tanya tentangnya bid'ah." (Syarh Ushul I'tiqod Ahlissunnah 3/441, Al-Baihaqi dalam "Al-Asma' was Shifat" hal. 408, dishohihkan oleh Adz-Dzahabi)

Dikatakan bid'ah karena para Salaf tidak pernah bertanya-tanya tentang sifat-sifat Allah dan memperdebatkannya. Mereka mengimani berita sifat-sifat Allah itu sesuai dengan keagungan-Nya yang Mahasempurna tanpa tahrif, tanpa ta'thil, tanpa takyif, tanpa tasybih.

Adapun tafwidh adalah menyerahkan makna dari sifat-sifat Allah kepada-Nya. Yakni tidak usah dibahas maknanya diserahkan saja kepada Allah. Aqidah tafwidh ini jelas bukan aqidah Salaf. Para Salaf mengartikan makna sifat-sifat Allah sebagaimana adanya seperti yang ditegaskan Imam Malik bahwa Istiwa' maknanya telah diketahui secara bahasa Arab, meski secara kaifiyah (hakikatnya atau bagaimananya) diserahkan kepada Allah lantaran tidak adanya dalil.

Oleh karena itu para Ulama berkata:

هم لا يفوضون في المعنى ، إنما يفوضون في الكيفية

"Mereka para Salaf tidaklah mentafwidh makna dari sifat-sifat Allah, hanyalah mereka mentafwidh dalam hal kaifiyahnya."

Siapa saja yang menyangka bahwa tafwidh terhadap makna adalah aqidahnya Salaf, maka dia telah mengumpulkan tiga perkara yang berbahaya, yaitu kejahilan terhadap aqidah Salaf, membodohkan orang tentang aqidah Salaf, dan berdusta atas nama Salaf.

Lalu bagaimana dengan pernyataan Al-Imam Ahmad bin Hanbal dalam menyikapi sifat-sifat Allah:

بلا كيف ولا معنى

"Tanpa kaifiyah dan tanpa makna" (?)

Pernyataan Imam Ahmad ini sering dikutip oleh ahlul bid'ah dari kalangan mufawwidhoh untuk membela aqidah mereka. Sudah menjadi tradisi ahlul bid'ah mencatut ucapan para Ulama yang sesuai dengan selera hawa nafsunya. Padahal yang dimaksudkan oleh Imam Ahmad adalah tanpa makna yang menyimpang dari lahiriyahnya, bukan tafwidh. Syaikh Al-'Allamah Al-'Utsaimin menjelaskan:

( لا معنى ) أي : لا نثبت لها معنى يخالف ظاهرها كما فعله أهل التأويل ، و ليس المراد نفي المعنى الصحيح الموافق لظاهرها الذي فسرها به السلف

"Tanpa makna maksudnya kami tidak menetapkan makna yang menyelisihi makna lahiriyahnya sebagaimana yang dilakukan oleh ahlut ta'wil, dan bukanlah yang dimaksud di sini menafikan makna yang benar yang sesuai lahiriyahnya sebagaimana yang dijelaskan oleh para Salaf." (Syarh Lum'atil I'tiqod hal. 17)

Jadi pernyataan Imam Ahmad sebetulnya dalam konteks membantah kaum mu’atthilah (orang-orang yang menolak sifat Allah) yang memahami sifat-sifat Allah di luar makna lahiriyahnya. Seperti kata istiwa’ menurut mereka bermakna istila’ (menguasai). Padahal istiwa' maknanya telah diketahui yaitu 'ala war tafa'a (tinggi di atas 'Arsy-Nya). 

Imam Ahmad sendiri sesungguhnya telah menegaskan aqidahnya dalam menyikapi Al-Asma' was Shifat yaitu, "Menetapkan sifat-sifat Allah sebagaimana yang Allah sifatkan tentang Dzat-Nya, dan Dia beristiwa' di atas 'Arsy-Nya bagaimanapun yang Dia kehendaki." (As-Sunnah Al-Khollal nomor 1858) 

Kesimpulannya, aqidah Imam Ahmad adalah aqidah Salaf yang jauh dari mentafwidh makna sebagaimana aqidah Imam Syafii, Imam Malik, Imam Abu Hanifah dan para pendahulu mereka dari kalangan para Shohabat Nabi dan Tabi'in, wa billaahit tawfiq.
____________

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar