Kamis, 26 Oktober 2017

Islam Menolak Pengultusan

Pengultusan yang dimaksud adalah meyakini mampu mendatangkan manfaat, menolak mudhorot, memenuhi hajat, dan melindungi dari azab.

Islam menolak pengultusan terhadap siapapun termasuk terhadap diri Nabi shollallahu 'alaihi wasallam karena perbuatan tersebut termasuk kesyirikan yang dapat menggugurkan keislaman seseorang.

Dari Abu Huroiroh rodhiyallahu 'anhu:

قَامَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – حِينَ أَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ( وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأَقْرَبِينَ ) قَالَ : ( يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ – أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا – اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ ، لاَ أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ لاَ أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ لاَ أُغْنِي عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، وَيَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ لاَ أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِينِي مَا شِئْتِ مِنْ مَالِي لاَ أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا

“Ketika turun ayat, “Dan berilah peringatan pada keluargamu yang terdekat”, maka Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam berdiri seraya bersabda, “Wahai orang-orang Quroisy -atau perkataan yang semisal- tebuslah diri-diri kalian, karena aku tidak kuasa sedikitpun melindungi kalian di hadapan Allah kelak. Wahai bani Abdi Manaf, aku tidak kuasa sedikitpun melindungi kalian di hadapan Allah. Wahai Abbas bin Abdil Muttholib, aku tidak kuasa sedikitun melindungi engkau di hadapan Allah. Wahai Shofiyyah bibi Rosulullah, aku tidak kuasa sedikitpun melindungi engkau di hadapan Allah. Wahai Fathimah binti Muhammad, mintalah dariku hartaku sekehendakmu, karena aku tidak kuasa sedikitpun melindungi engkau di hadapan Allah kelak.” (HR. Al-Bukhori 2753 dan Muslim 206)

Nabi shollallahu 'alaihi wasallam memerintahkan umatnya agar memutus segala harapan kepada selain Allah. Semua jenis peribadahan seperti istighotsah (meminta bantuan), isti’adzah (memohon perlindungan) hanya ditujukan kepada Allah semata. Inilah hakikat ajaran tauhid yang murni yaitu mengesakan Allah dan menghambakan diri hanya kepada-Nya saja.

Adapun Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam beliau hanya menjalankan misi risalah, menunaikan amanah yang semua itu adalah karunia dari Allah. Hanya Allah semata Dzat yang Mahaesa dalam kerajaan-Nya, Mahakuasa dengan segala kesempurnaan dan keagungan-Nya.

Lalu bagaimana dengan syafaat Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya?

Syafaat Nabi di hari kiamat adalah ketetapan yang telah disepakati oleh para Ulama. Akan tetapi, kita memohon syafaat hanya kepada Allah semata yaitu dengan cara berdoa, “Ya Allah terimalah syafaat Nabi-Mu untuk kami.” Karena semua syafaat sesungguhnya hanya milik Allah:

قل لله الشفاعة جميعا

“Katakanlah, hanya milik Allah semata semua syafaat.” (Az-Zumar: 44)

Yaitu hanya Allah semata yang membukakan dan mengilhamkan Nabi-Nya sehingga beliau memberi syafaat kepada seseorang. Maka syafaat akan diperoleh bila terpenuhi syaratnya yaitu Allah mengizinkan pemberi syafaat dan meridhoi orang yang diberi syafaat. Dalilnya firman Allah ta’ala, “Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah kecuali dengan izin dari-Nya.” (Al-Baqoroh: 255)

Allah juga berfirman, “Dan betapa banyak para Malaikat di langit yang syafaat mereka tidak berguna sedikitpun, kecuali setelah Allah mengizinkan bagi orang yang Dia kehendaki dan Dia ridhoi.” (An-Najm: 26)

Allah juga berfirman, "Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya dan Dia telah meridhoi perkataannya.” (Thoha: 109)

Dengan demikian, tidak ada lagi alasan bagi siapa saja yang masih menggantungkan dirinya kepada selain Allah. Baik kepada para Nabi maupun kuburan orang-orang sholih.
____________

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar