Senin, 09 Oktober 2017

Allah Tinggi Di Atas 'Arsy-Nya, Bukan Dimana-Mana

Al-Imam Al-Baihaqi dengan sanadnya menukil manuskrip yang dibacakan oleh Syaikh Abu Bakr Ahmad bin Ayyub tentang madzhab Ahlussunnah:

الرحمن على العرش استوى بلا كيف والآثار عن السلف في مثل هذا كثيرة وعلی هذه الطريق يدل مذهب الشافعي رضي الله عنه وإليها ذهب أحمد بن حنبل والحسين بن الفضل البجلي ومن المتأخرين أبو سليمان الخطابي

“Dzat Allah tinggi berada di atas Arsy-Nya, tanpa menanyakan bagaimana hakikatnya, dan atsar dari Salafussholih terkait masalah ini sangatlah banyak. Di atas jalan inilah madzhab Asy-Syafii rodhiyallahu ‘anhu, madzhab Ahmad bin Hanbal, Al-Husain bin Al-Fadhl Al-Bajali serta para Ulama muta’akkhirin seperti Abu Sulaiman Al-Khotthobi." (Al-Asma’ was Shifat 2/308)

Salah seorang murid Al-Imam Asy-Syafii yang terkenal yaitu Al-Imam Ismail bin Yahya Al-Muzani berkata:

عال على عرشه في مجده بذاته وهو دان بعلمه من خلقه أحاط علمه بالأمور

"Allah Tinggi di atas Arsy-Nya sesuai kemuliaan-Nya dengan Dzat-Nya, Dia dekat dari hamba-Nya dengan ilmu-Nya, dan ilmu-Nya meliputi segala perkara." (Syarhussunnah Al-Muzani hal. 75)

Jadi perkataan Allah ada dimana-mana, di dalam hati, atau menyatu dengan manusia, bukanlah madzhab Ahlussunnah, bukan madzhab Asy-Syafii. Ucapan seperti itu adalah ucapan yang batil menyelisihi dalil-dalil Al-Qur’an was Sunnah serta ijma’ Salaf. 

Keyakinan yang benar adalah Allah berada di atas langit ke tujuh Tinggi di atas Arsy-Nya, tanpa membutuhkan Arsy-Nya, sebagaimana Allah tidak butuh ibadah hamba-Nya. Inilah aqidah Ahlussunnah. Allah berfirman:

الرحمن على العرش استوى

"Dzat Allah Tinggi di atas Arsy-Nya.” (Thoha: 5)

Allah juga berfirman:

أأمنتم من في السماء 

"Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di atas langit." (Al-Mulk : 16)

Redaksi "Fis sama'" dalam ayat ini bermakna di atas, bukan di dalam langit terkungkung oleh ruang dan waktu. Karena kata "Fi" dalam bahasa Arab bisa bermakna "'Ala" (di atas) seperti firman Allah:

ولأصلبنكم في جذوع النخل

"Dan sungguh aku (Fir'aun) akan menyalib kalian di atas pohon kurma." (Thoha: 71)

Juga firman Allah:

فسيحوا في الأرض أربعة أشهر

"Maka berjalanlah kalian (orang-orang musyrik) di atas bumi selama empat bulan." (At-Taubah: 2)

Al-Imam Abul Hasan Al-Asy'ari berkata, "Kelompok Mu'tazilah, Jahmiyyah, Haruriyyah menerjemahkan istiwa dengan istila (menguasai), ini tidak benar, jika demikian adanya maka tidak ada perbedaan antara Arsy dan bumi. Karena jika Allah beristiwa di atas Arsy-Nya diartikan "menguasai", padahal Dia menguasai segala sesuatu, berarti Dia beristiwa di atas Arsy, bumi, langit, rerumputan dan kotoran! Mahatinggi Allah atas yang demikian itu. 

Mu'tazilah, Jahmiyyah, Haruriyyah juga mengklaim Allah berada dimana-mana, anggapan ini mengonsekuensikan mereka untuk mengatakan Allah juga berada di dalam perut Maryam, di atas rerumputan, dan tempat-tempat yang kosong (yang dibatasi oleh ruang dan waktu)! Mahatinggi Allah dari apa yang mereka ucapkan." (Al-Ibanah hal. 219)

Begitupula kebersamaan Allah dengan makhluk-Nya tidaklah menafikan ketinggian Allah berada di atas Arsy-Nya. Sebab ilmu Allah meliputi segala sesuatu, Dia mengetahui apa yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya. 

Kebersamaan Allah dengan makhluk-Nya tidaklah bermakna percampuran, menyatu dengan hamba-Nya, maupun persekutuan. Akan tetapi kebersamaan Allah yang dimaksud adalah dengan ilmu-Nya sebagaimana yang ditunjukkan oleh dalil-dalil Al-Qur'an was Sunnah. Hal ini telah disepakati oleh para shohabat, tabiin dan tabiit tabiin.

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar