Selasa, 15 Agustus 2017

Beragama dengan Hawa Nafsu

Allah berfirman:

أفرأيت من اتخذ إلهه هواه و أضله الله على علم 

"Maka pernahkah engkau melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya dan Allah membiarkannya sesat di atas ilmu." (Al-Jatsiyah: 23)

Al-Imam Ibnu Jarir Ath-Thobari menjelaskan, bahwa sebagian Ulama berkata:

أفرأيت من اتخذ دينه بهواه ، فلا يهوى شيئا إلا ركبه ، لأنه لا يؤمن بالله ، ولا يحرم ما حرم ، ولا يحلل ما حلل ، إنما دينه ما هويته نفسه يعمل به

"Maka pernahkah engkau melihat orang yang mengambil agamanya dengan hawa nafsunya? Tidaklah dia menyukai sesuatu kecuali dia ambil sebagai agamanya, karena sesungguhnya dia tidak beriman kepada Allah dengan benar, tidak mengharomkan apa yang diharomkan Allah dan tidak menghalalkan apa yang dihalalkan oleh-Nya, hanyalah yang menjadi agamanya apa yang sesuai selera hawa nafsunya lalu dia beramal dengannya." (Jami'ul Bayan Fi Ta'wilil Qur'an 22/76)

Al-Hafidzh Ibnu Katsir berkata: 

إنما يأتمر بهواه ، فمهما رآه حسنا فعله ، ومهما رآه قبيحا تركه 

"Maknanya sesungguhnya dia hanya diperintahkan oleh hawa nafsunya, maka apa saja yang dipandang baik oleh hawa nafsunya maka dia kerjakan, dan apa saja yang dipandang buruk oleh hawa nafsunya maka dia tinggalkan." (Tafsirul Qur'anil 'Adzhim 7/269)

Yakni beragama sesuka hatinya, bukan untuk menjalankan ketaatan kepada Allah dan Rosul-Nya shollallahu 'alaihi wasallam. Apa yang disuka oleh dirinya meskipun harom maka dia halalkan, apa yang dibenci oleh dirinya meskipun halal maka dia haromkan. Hawa nafsu akal dan perasaannya yang menjadi timbangan dia dalam beragama, bukan dalil Al-Qur'an was Sunnah. Sehingga Allah biarkan dirinya sesat meski seribu hujjah telah tegak.

Para Ulama menjelaskan, orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya dalam beragama keadaannya berbeda-beda. Ada yang terjatuh dalam maksiat dosa besar, adapula yang sampai derajat kesyirikan dan kekufuran.

Ayat di atas juga sebagai hujjah yang membantah orang-orang yang mengandalkan logika dalam beragama seperti kelompok mu'tazilah, maupun orang-orang yang mengandalkan perasaan seperti kelompok tarekat Shufiyah. 

Maka dari sini kita mengetahui bahwa inti ajaran Islam adalah tauhid, yaitu menghambakan diri hanya kepada Allah semata dengan mengikuti sunnah (cara beragama) Nabi-Nya shollallahu 'alaihi wasallam sebagaimana yang diteladani oleh para Shohabatnya.

Fikri Abul Hasan

Telegram Channel
https://t.me/manhajulhaq

1 komentar:

  1. Terima kasih atas Ilmu yang sangat bermanfaat untuk bekal hidup dunia dan akhirat

    BalasHapus