Rabu, 12 Juli 2017

Siapakah Ahlussunnah wal Jama'ah?

Ahlussunnah wal Jama'ah adalah orang yang berpegang teguh dengan sunnah (cara beragama) Nabi shollallahu 'alaihi wasallam dan para Shohabat beliau rodhiyallahu 'anhum. Ahlussunnah juga berarti orang yang menerjemahkan Al-Qur'an dengan penafsiran Nabi shollallahu 'alaihi wasallam dan para Shohabat.

Nabi shollallahu 'alaihi wasallam bersabda:

فإنه من يعش منكم فسيري اختلافا كثيرا فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل بدعة ضلالة

"Maka barangsiapa yang masih hidup sepeninggalku dia akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Khulafa’ur Rosyidin Al-Mahdiyyin sepeninggalku (ketika mendapati perselisihan itu), gigitlah ia (sunnah-sunnah itu) dengan gigi-gigi gerahammu. Dan berhati-hatilah kalian dari perkara baru yang diada-adakan dalam beragama karena setiap bid'ah itu sesat.” (HR. Abu Dawud 4607, At-Tirmidzi 2676 beliau berkata, “Hadits hasan shohih”, Syaikh Al-Albani menshohihkannya dalam "Shohihul Jami’" 2546)

Sebutan Ahlussunnah pertama kali disampaikan oleh salah seorang Shohabat Nabi yang masyhur Ibnu 'Abbas rodhiyallahu 'anhuma. Beliau menjelaskan firman Allah surat Al-'Imron ayat 106, "Hari dimana ada yang wajahnya putih berseri dan ada pula yang wajahnya hitam" dengan perkataannya:

فأما الذين ابيضت وجوههم: فأهل السنة والجماعة وأولوا العلم، وأما الذين اسودت وجوههم: فأهل البدع والضلالة

"Adapun mereka yang putih wajahnya adalah Ahlussunnah wal Jama’ah dan ahlul ilmi, sedangkan orang yang hitam wajahnya mereka adalah ahlul bida' wad dholalah." (Syarh Ushul I’tiqod Ahlissunnah 1/72 - Al-Imam Al-Lalaka'i)

Ulama dari kalangan tabi’in Al-Imam Muhammad bin Sirin (110 H) berkata:

لم يكونوا يسألون عن الإسناد فلما وقعت الفتنة قالوا سموا لنا رجالكم فينظر إلى أهل السنة فيؤخذ حديثهم وينظر إلى أهل البدع فلا يؤخذ حديثهم

“Dahulu para Ulama tidak pernah bertanya perihal sanad, namun setelah terjadi fitnah (kedustaan dan pemalsuan sejarah) mereka seleksi, "Sebutkanlah pada kami rijal (para perawi) kalian, apabila dari Ahlussunnah maka diterima haditsnya, jika dari ahlul bid’ah maka ditolak." (Riwayat Imam Muslim dalam muqoddimah shohihnya 1/7)

Al-Imam Sufyan Ats-Tsawri (161 H) berkata:

استوصوا بأهل السنة خيراً فإنهم غرباء. وقال: ما أقل أهل السنة والجماعة

“Aku wasiatkan kalian bermuamalah bersama Ahlussunnah dengan baik, karena mereka adalah ghuroba’ (orang-orang yang asing karena mengamalkan sunnah). Dan beliau berkata, "Betapa sedikitnya Ahlussunnah wal Jama’ah"." (Syarh Ushul I’tiqod Ahlissunnah 1/64)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, "Ahlussunnah (dalam pengertian yang khusus) dimaksudkan bagi ahlul hadits dan orang yang berpegang teguh dengan sunnah Nabi saja. Maka tidak termasuk dalam pengertian ini kecuali orang-orang yang menetapkan sifat-sifat Allah, berkata Al-Qur’an bukan makhluk, Allah dilihat di akhirat, menetapkan taqdir Allah dan selain itu yang termasuk prinsip-prinsip yang dikenal dikalangan ahlul hadits dan Ahlussunnah.” (Minhajussunnah An-Nabawiyah 2/163)

Adapun kelompok-kelompok yang menyelisihi manhaj dan aqidah Nabi shollallahu 'alaihi wasallam dan para Shohabat seperti Khowarij, Syiah, Mu'tazilah, Jahmiyyah, Asy'ariyyah, Murji'ah, Thoriqot Shufiyah dan segenap turunannya dari gerakan kontemporer semisal Ikhwanul Muslimin yang mengadopsi manhaj Khowarij, Hizbut Tahrir yang mengambil manhaj Mu'tazilah, Jamaah Tabligh yang mengikuti Thoriqot Shufiyyah, mereka semua pada hakikatnya di luar ruang lingkup Ahlussunnah wal Jama'ah. 

Kendati demikian, semua pihak boleh saja mengaku sebagai Ahlussunnah, namun yang menjadi ibroh hanyalah pemahaman dan pengamalan, bukan pengakuan semata.

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar