Minggu, 04 Juni 2017

Meraih Kembali Kejayaan Umat Islam

Al-Imam Malik bin Anas berkata:

لن يصلح آخر هذه الأمة إلا ما أصلح أولها

"Tidak akan menjadi baik nasib akhir umat ini kecuali dengan apa yang telah memperbaiki generasi awalnya." (Tanqihut Tahqiq 2/423 - Al-Hafidzh Ibnu Abdil Hadi)

Generasi awal umat ini adalah para shohabat Nabi rodhiyallahu 'anhum. Mereka adalah sebaik-baik generasi yang sangat mencintai dan senantiasa meneladani Nabi shollallahu 'alaihi wasallam.

Hal perrtama yang dibenahi dari para Shohabat adalah perkara aqidah yang meliputi tauhid dan keimanan, membersihkan mereka dari syirik, dan memutus segala sarana yang dapat menjadi pintu kesyirikan. Sehingga manusia tidak lagi bersandar kepada kuburan, mengultuskan makhluk dan menghambakan diri sepenuhnya hanya kepada Allah. 

Inilah manhaj yang jelas dan terang. Siapa saja yang menginginkan perbaikan maka hendaklah dia mulai darimana Nabi shollallahu 'alaihi wasallam memulainya. Allah berfirman:

وعد الله الذين آمنوا منكم وعملوا الصالحات ليستخلفنهم في الأرض كما استخلف الذين من قبلهم وليمكنن لهم دينهم الذي ارتضى لهم وليبدلنهم من بعد خوفهم أمنا يعبدونني لا يشركون بي شيئا ومن كفر بعد ذلك فأولئك هم الفاسقون

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang beramal sholih, bahwa Dia benar-benar akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Allah memberi kekuasaan pada orang-orang sebelum mereka. Dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan mengubah keadaan mereka, setelah mereka dalam keadaan ketakutan menjadi aman tentram, mereka tetap mentauhidkan Aku dan tidak berbuat kesyirikan sedikitpun, dan barangsiapa tetap kufur setelah itu maka mereka adalah orang-orang yang fasik.” (An-Nur: 55)

Maka usaha merealisasikan tauhid dengan benar dan meninggalkan kesyirikan adalah kunci utama kemenangan umat Islam di masa-masa kejayaan. Banyaknya jumlah umat, besarnya kekuatan dan persatuan, namun bila substansinya tidak dibangun di atas pondasi tauhid dan aqidah yang benar, kelak akan menjadi bom waktu yang sewaktu-waktu bisa meledak dan memakan korban. Sementara program pendangkalan aqidah umat Islam terus dilancarkan setiap detik, setiap menit, setiap jam.

Sebab itulah, mengapa 'Umar bin Al-Khotthob mewasiatkan pasukannya sebelum menghadapi Persia agar senantiasa bertaqwa kepada Allah? Beliau berkata, "Karena taqwa adalah senjata yang paling andal dalam menghadapi musuh, dan hendaklah kalian takut dari kedurhakaan kalian kepada Allah daripada kekhawatiran kalian terhadap musuh, karena dosa-dosa itu sungguh jauh lebih berbahaya ketimbang musuh-musuh kalian sendiri!"

Perbaiki Tauhid, Manhaj dan Aqidah 

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:

وأيضا فمن المعلوم أن أشرف مسائل المسلمين وأهم المطالب في الدين ينبغي أن يكون ذكرها في كتاب الله أعظم من غيرها وبيان الرسول لها أولى من بيان غيرها والقرآن مملوء بذكر توحيد الله وذكر أسمائه وصفاته وآياته وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر والقصص والأمر والنهي والحدود والفرائض بخلاف الإمامة فكيف يكون القرآن مملوءا بغير الأهم الأشرف وأيضا فإن الله تعالى قد علق السعادة بما لا ذكر فيه للإمامة فقال ومن يطع الله والرسول فأولئك مع الذين أنعم الله عليهم من النبيين والصديقين والشهداء والصالحين وحسن أولئك رفيقا

“Dan juga termasuk hal yang wajib diketahui di sini, bahwa persoalan kaum muslimin yang paling utama dan menjadi perkara yang paling dituntut dalam agama ini adalah perkara-perkara yang disebutkan dalam Al-Qur’an lebih dominan ketimbang yang lainnya, serta penjelasan dari Rosulullah lebih utama daripada yang lainnya. Maka ayat-ayat Al-Qur’an mayoritasnya tentang penjelasan di seputar tauhid kepada Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, tanda-tanda kekuasaan-Nya, rosul-rosul-Nya, dan hari kiamat. Al-Qur’an juga menceritakan kisah-kisah umat terdahulu, perintah dan larangan, hukum-hukum pidana maupun pembagian harta warisan, tidak sebagaimana masalah “imamah” (kepemimpinan). Lantas bagaimana mungkin Al-Qur’an dipenuhi oleh permasalahan-permasalahan yang tidak penting (tauhid menurut anggapan mereka ,-pent) sementara masalah kepemimpinan dianggap sebagai sesuatu yang penting dan lebih utama?! Dalam Al-Qur’an, Allah mengaitkan penyebutan kebahagiaan tanpa menggandengkannya dengan masalah kepemimpinan. Allah berfirman, “Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rosul-Nya, mereka itu akan bersama orang-orang yang dianugerahi kenikmatan, dari kalangan para Nabi, para Shiddiqqin, para Syuhada' dan orang-orang shoih, dan mereka adalah teman yang sebaik-baiknya.” (Minhajussunnah An-Nabawiyyah 1/50)

Maka mulailah dari diri kita sendiri, banyak-banyak introspeksi diri, bagaimana kualitas tauhid kita kepada Allah? Bagaimana aqidah kita? Bagaimana manhaj dan aqidah orang-orang yang kita ikuti dan kita bela? Sungguh Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu mau berupaya mengubah dirinya sendiri.

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar