Sabtu, 20 Mei 2017

Hadits Dho'if Tentang "Pemaafan"

Ustadz mohon dijelaskan keabsahan hadits dibawah ini?

Pada suatu hari, Rasulullah SAW sedang berkumpul dengan para sahabatnya. Di tengah perbincangan dengan para sahabatnya, tiba-tiba Rasulullah saw. tertawa ringan sampai-sampai terlihat gigi beliau yang putih dan rapih. Umar r.a. yang berada di di situ, bertanya,  "Demi engkau, ayah dan ibuku sebagai tebusannya, apa yang membuatmu tertawa, wahai Rasulullah?"

Rasulullah SAW menjawab, 
"Aku diberitahu bahwa pada hari kiamat nanti, ada dua orang yang duduk bersimpuh sambil menundukkan kepala mereka di hadapan Allah. Salah satunya mengadu kepada Allah sambil berkata, ‘Ya Rabb, ambilkan kebaikan dari orang ini untukku karena dulu ia pernah berbuat zalim kepadaku’.

Allah SWT berfirman, "Bagaimana mungkin saudaramu ini bisa melakukan itu, karena tidak ada kebaikan di dalam dirinya?"

Orang itu berkata,  "Ya Rabb, kalau begitu, biarlah dosa-dosaku dipikul olehnya."

Sampai di sini, mata Rasulullah SAW berkaca-kaca. Beliau Rasulullah SAW tidak mampu menahan tetesan airmatanya. Beliau menangis...Lalu, beliau Rasulullah berkata, 
"Hari itu adalah hari yang begitu mencekam, di mana setiap manusia ingin agar ada orang lain yang memikul dosa-dosa nya."

Rasulullah SAW  melanjutkan kisahnya.
Lalu Allah berfirman kepada orang yang mengadu tadi, "Angkat kepalamu..!"

Orang itu mengangkat kepalanya, lalu ia berkata,"Ya Rabb, aku melihat di depanku ada istana2 sangat megah yang terbuat dari emas, dan di dalamnya terdapat singgasana yang terbuat dari emas dan perak bertatahkan berlian, intan dan permata. Istana-istana itu untuk Nabi yang mana, ya Rabb? Untuk orang jujur yang mana, ya Rabb? Untuk syuhada yang mana, ya Rabb?’

Allah berfirman, "Istana-istana itu diberikan kepada orang yang mampu membayar harganya."

Orang itu berkata, "Siapakah yang bakal mampu membayar harganya, ya Rabb?"

Allah berfirman, "Engkau juga mampu membayar harganya."

Orang itu terheran-heran, sambil berkata, "Dengan cara apa aku membayarnya, ya Rabb?"

Allah berfirman, "Caranya, engkau maafkan saudaramu yang duduk di sebelahmu, yang kau adukan kezalimannya kepada-Ku."

Orang itu berkata, "Ya Rabb, kini aku memaafkannya."

Allah berfirman, "Kalau begitu, pegang tangan saudaramu itu, dan ajak ia masuk surga bersamamu."

Setelah menceritakan kisah itu, Rasulullah saw. bersabda, "Bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaknya kalian saling berdamai, sesungguhnya Allah mendamaikan persoalan yang terjadi di antara kaum muslimin." (HR. Al-Hakim, dengan sanad yang shahih)

Jawab: Hadits yang ditanyakan diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Hakim dalam "Al-Mustadrok" (8718) dari jalan Abdullah bin Bakr As-Sahmi, telah mengabarkan kami 'Abbad bin Syaibah Al-Habathi, dari Sa'id bin Anas, dari Anas bin Malik secara marfu'. 

Para Ulama melemahkan sanadnya dengan kelemahan yang berat (dho'if jiddan), 'Abbad bin Syaibah adalah rowi yang dho'if, sedang Syaikhnya yaitu Sa'id bin Anas berstatus majhul. Sebab itu penshohihan Al-Hakim sendiri dikritik oleh Al-Imam Adz-Dzahabi. 

Syaikh Al-'Allamah Al-Albani berkata, "Dho'if jiddan". (Dho'if At-Targhib wat Tarhib 1469)

Karena sanadnya sangat lemah maka tidak boleh diyakini sebagai sabda Nabi shollallahu 'alaihi wasallam, wa billahit tawfiq.

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar