Senin, 27 Maret 2017

Allah Tinggi Di Atas 'Arsy-Nya

Dalil-dalil Al-Qur'an was Sunnah secara tegas mengabarkan bahwa Allah tinggi berada di atas 'Arsy-Nya sesuai dengan kebesaran-Nya dan keagungan-Nya. Allah berfirman:

الرحمن على العرش استوى

"Allah yang Mahapemurah tinggi di atas 'Arsy." (Thoha: 5)

Allah juga berfirman:

إن ربكم الله الذي خلق السماوات والأرض في ستة أيام ثم استوى على العرش 

“Sesungguhnya Tuhan kalian adalah Allah yang telah menciptakan langit-langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia beristiwa' (tinggi) di atas ‘Arsy." (Al-A’rof: 54)

Allah juga berfirman:

وهو الذي خلق السماوات والأرض في ستة أيام وكان عرشه على الماء ليبلوكم أيكم أحسن عملا

"Dan Dia-lah yang menciptakan langit-langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah 'Arsy-Nya berada di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kalian yang lebih baik amalnya." (Hud: 7)

Para Ulama menjelaskan, bahwa yang dimaksud dengan 'Arsy adalah singgasana yang dipikul oleh para Malaikat. 'Arsy bentuknya menyerupai kubah bagi alam semesta. 'Arsy adalah makhluk Allah yang paling tinggi dan menjadi atap bagi seluruh makhluk-Nya. (Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thohawiyyah hal. 366-367)

Allah berfirman:

الذين يحملون العرش ومن حوله يسبحون بحمد ربهم ويستغفرون للذين آمنوا 

"(Malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Robbnya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman." (Ghofir: 7)

Nabi shollallahu 'alaihi wasallam bersabda: 

فإذا سألتم الله فاسألوه الفردوس فإنه أوسط الجنة وأعلى الجنة أراه فوقه عرش الرحمن

"Maka apabila kalian memohon kepada Allah, mohonlah Al-Firdaus, karena sesungguhnya dia surga yang paling tengah dan paling tinggi. Di atasnya ada 'Arsy Allah yang Mahapengasih.” (HR. Al-Bukhori 2790)

Sedangkan yang dimaksud dengan "istiwa'" adalah 'ala war tafa'a (tinggi berada di atas) sebagaimana hal ini telah disepakati oleh para Ulama Salaf. 

Abul ‘Aliyah berkata, bahwa makna istiwa’ adalah naik. Mujahid berkata, bahwa istiwa’ adalah tinggi di atas ‘Arsy. Zainab Ummul Mukminin berkata, “Allah yang berada di atas langit ketujuh yang telah menikahkanku.” (Mukhtashor Al-'Uluw hal. 202)

Ahlussunnah menetapkan sifat istiwa' bagi Allah secara hakiki, tanpa tahrif (mengubah maknanya menjadi istawla alias menguasai seperti yang dipelopori oleh kelompok mu'tazilah), serta tidak menyerupakannya dengan model istiwanya makhluk. Istiwa' Allah di atas 'Arsy sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya, tidak serupa dengan makhluk-Nya.

Terkait sifat istiwa' ini para Ulama di antaranya Imam Malik, guru beliau yaitu Robi'ah, dan para Ulama yang lain menegaskan:

الاستواء معلوم، والكيف مجهول، والإيمان بـــه واجب، والسؤال عنه بدعة

"Istiwa’ itu maknanya ma'lum (telah diketahui), kaifiyyahnya (caranya) tidak diketahui, mengimaninya wajib, bertanya-tanya tentangnya adalah bid'ah."

Adapun 'Arsy Allah berada di atas air yang ada di atas langit ke tujuh, sebagaimana firman Allah, "Dan adalah 'Arsy-Nya berada di atas air." (Hud: 7)

Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash rodhiyallahu ‘anhuma tatkala memandang langit beliau berkata:

خلق الله سبع سماوات وخلق فوق السابعة الماء، وجعل فوق الماء العرش

“Allah telah menciptakan tujuh langit, dan Dia jadikan di atas langit ketujuh itu air, dan menjadikan 'Arsy-Nya di atas air.” (Riwayat Al-Baihaqi dalam "Al-Asma’ was Shifat" no. 853 sanadnya shohih)

Alhasil, mengimani Allah tinggi berada di atas 'Arsy-Nya adalah termasuk perkara aqidah yang tidak boleh ditawar-tawar, dan hal ini telah disepakati oleh para Ulama. 

Al-Imam Ibnu Batthoh Al-‘Ukbari berkata:

وأجمع المسلمون من الصحابة والتابعين وجميع أهل العلم من المؤمنين، أنَّ الله تبارك وتعالى على عرشه، فوق سماواته، بائن من خلقه، وعلمه محيط بجميع خلقه، لا يأبى ذلك ولا ينكره، إلا من انتحل مذاهب الحلولية وهم قوم زاغت قلوبهم واستهوتهم الشياطين 

“Para Ulama dari kalangan Shohabat, Tabi'in, dan segenap Ulama kaum Mukminin telah berijma' (sepakat) bahwa Allah tabaroka wa ta’ala di atas ‘Arsy-Nya, di atas langit-langit-Nya, terpisah dari makhluk-Nya, ilmu-Nya meliputi seluruh makhluk-Nya, tidaklah menerimanya dan mengingkarinya kecuali dia bermadzhab Hululiyyah, mereka adalah kaum yang telah menyimpang hatinya dan disesatkan oleh syaithon." (Al-Ibanah 3/136)

Sebagaimana Fir'aun mendustakan Nabi Musa 'alaihissalam yang mengatakan Allah berada di atas langit. Allah berfirman:

 يهمن ابن لي صرحا لعلى أبلغ الأسباب * أسباب السموت فأطلع إلى  إله موسى وإني لأظنه كذبا

"Wahai Haman, bangunkanlah untukku sebuah menara yang tinggi agar aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, sehingga aku dapat melihat Tuhan (sesembahannya) Musa dan sungguh aku memandang dia seorang pendusta." (Ghofir: 36-37)

Fikri Abul Hasan

Telegram Channel
Join @manhajulhaq

0 comments:

Posting Komentar