Jumat, 21 Oktober 2016

Adab-Adab Tholibul 'Ilmi (Penuntut Ilmu)

Dihikayatkan dari ‘Umar bin Al-Khotthob beliau berkata:

تأدّبوا ثم تعلّموا

“Pelajarilah oleh kalian adab kemudian pelajarilah ilmu.” (Syarh Mandzhumatil Adab - Al-Imam As-Safarini)

Adab adalah etika atau perilaku terpuji yang lazimnya juga disebut akhlaq. Akan tetapi adab dan akhlaq memiliki perbedaan. Adab adalah perkataan dan perbuatan yang diajarkan oleh syari'at, seperti adab terhadap Allah, Rosul-Nya shollallahu 'alaihi wasallam, adab bertanya, adab menjawab, adab berdiskusi, adab penuntut ilmu, adab bermajelis, adab terhadap guru dan adab-adab yang lain.

Sedangkan akhlaq adalah tabi'at atau watak, ada yang baik, ada yang tercela, terkadang akhlaq ini bawaan dan terkadang bentukan.

Adab dan akhlaq memiliki kedudukan yang sangat agung dalam syari'at, bahkan salah satu tujuan diutusnya Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam di tengah-tengah manusia adalah untuk menyempurnakan akhlaq dan mengajarkan adab.

Perhatian para Salaf terhadap adab sama seperti perhatian mereka terhadap ilmu. Di antara mereka ada yang menghabiskan waktunya untuk mempelajari adab selama tigapuluh tahun sedangkan ilmu hanya dipelajari selama duapuluh tahun.

Mengapa adab sebegitu pentingnya? Karena melalui adab akan terwujud banyak kemaslahatan dunia dan akhirat. Orang yang menjaga adab, ilmu yang dipelajarinya akan menjadi barokah, seseorang akan lebih mudah paham, bahkan semua pintu ilmu akan terbuka. Karena itu permisalan adab bagi penuntut ilmu bagaikan mahkota yang menghiasi dirinya.

Al-Imam Al-Qorofi berkata, “Ketahuilah bahwa sedikit adab lebih baik ketimbang banyaknya amal. Sebab itu Ruwaiyim (seorang Ulama) menyampaikan kepada anaknya, “Wahai anakku, jadikanlah amalmu itu ibarat garam sedangkan adabmu ibarat tepung. Yakni perbanyaklah adab hingga perbandingan banyaknya seperti perbandingan tepung dan garam dalam suatu adonan. Banyak adab dengan sedikit amal masih lebih baik ketimbang banyak amal namun kurangnya adab.” (Al-Furuq 4/272)

Adab Tholibul 'Ilmi Terhadap Dirinya

Syaikh Al-'Allamah Bakr Abu Zaid berkata, "Prinsip paling mendasar yang harus dipegangi oleh seorang tholibul ilmi; bahkan dalam setiap urusan yang dituntut atas mereka adalah menyadari bahwa ilmu ini adalah ibadah. Sebagian Ulama berkata:

العلم صلاة السر و عبادة القلب

“Ilmu itu adalah sholat yang tersembunyi dan ibadahnya hati.”

Sedangkan syarat ibadah itu sendiri di antaranya mengikhlaskan niat karena Allah semata. Allah berfirman, “Dan tidaklah mereka diperintah kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan niat dalam beragama.”

Disebutkan dalam hadits yang masyhur dari Amirul Mukminin Umar bin Al-Khotthob bahwa Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Hanyalah nilai amalan-amalan itu bergantung dengan niatnya.”

Maka bila ilmu yang dipelajari luput dari niat yang ikhlas, ia akan berpindah dari seutama-utama amalan ketaataan menjadi serendah-rendahnya penyimpangan. Dan tidak ada yang dapat membinasakan ilmu ini selain riya’." (Hilyah Tholibil 'Ilmi hal. 4)

Adab Terhadap Guru

Seorang tholibul ilmi dituntut menghormati sang guru dengan penghormatan yang syar'i, beradab di sisinya, bersabar atas kekurangannya, dan tidak menyudutkan sang guru oleh sebab kealpaannya. 

Al-Imam Asy-Syafi’i berkata, “Hendaknya engkau bersabar atas pahitnya perangai kasar sang guru, karena melekatnya ilmu senantiasa menyertainya. Siapa yang tidak merasakan kehinaan belajar barang sesaat, sungguh ia akan meneguk hinanya kebodohan seumur hidupnya. Maka siapa yang tidak mau belajar di masa mudanya, hendaklah ia bertakbir sebanyak empat kali atas kematiannya. Wallahi, hidupnya seorang pemuda bergantung dengan ilmu dan taqwa. Jika keduanya sirna tiada lagi jati dirinya.” (Abyat Fi Tholabil ‘Ilmi)

Ibnu Muflih berkata, “Sudah semestinya seorang murid menghormati sang guru dan berlaku tawadhu’ (rendah hati) terhadapnya. Nasehat para Ulama dalam hal ini telah ma’ruf. Sebagian Ulama Syafi’iyyah dalam kitab “Fatihatul ‘Ilmi” menegaskan, “Bahwa hak seorang guru lebih ditekankan ketimbang hak seorang ayah. Karena guru menjadi sebab diraihnya kehidupan yang kekal (akhirat), sedangkan ayah sebagai penopang kehidupan dunia.” (Al-Adab Asy-Syar’iyyah 1/440)

Kendati demikian, tidaklah terlarang bagi seorang murid menyampaikan nasehat kepada sang guru. Hanyalah yang dilarang jika nasehat yang disampaikannya itu tanpa memperhatikan adab.

Adab di Majelis Ilmu

Al-Hasan bin 'Ali berkata kepada puteranya:

إذا جالست العلماء فكن على أن تسمع أحرص منك على أن تقول و تعلم حسن الاستماع كما تتعلم حسن القول و لا تقطع على أحد حديثه

"Apabila engkau bermajelis dengan orang-orang yang berilmu maka bersemangatlah untuk mendengar ketimbang berbicara. Belajarlah mendengar yang baik sebagaimana engkau belajar berbicara. Janganlah engkau memutus pembicaraan orang.” (Jami' Bayanul 'Ilmi wa Fadhlih 2/148 dalam riwayat lain disebutkan dari Al-Hasan Al-Bashri)

Maka tinggalkanlah semua aktivitasmu saat hadir di majlis ilmu. Simak baik-baik ilmu yang disampaikan dan catat bila dibutuhkan. Karena penghormatan terhadap guru termasuk bentuk penghargaan terhadap ilmu.

Adab Ketika Bertanya

Hendaklah seorang tholibul 'ilmi bertanya dengan penuh penghormatan dan meyakini keahlian pihak yang ditanya. Bertanya untuk mencari kebenaran dan untuk diamalkan, bukan untuk menguji atau mencobanya lebih dulu lalu dia lihat apakah yang ditanya mengetahui permasalahan ataukah tidak. Ini adab yang jelek yang wajib dihindari oleh para penuntut ilmu.

Al-Imam An-Nawawi berkata, “Hendaklah seorang murid memperhatikan gurunya dengan penuh penghormatan. Dia meyakini keahlian gurunya itu dibandingkan yang lain. Adab seperti itu akan membawa ia mengambil faidah (manfaat) yang banyak dari gurunya dan hal itu akan lebih membekas dalam hati dari pesan-pesan yang ia dengar dari gurunya.” (Al-Majmu’)

Nasehat Ulama Agar Senantiasa Menjaga Adab

Syaikh Al-'Allamah Robi' bin Hadi Al-Madkholi menasehatkan, "Pelajarilah oleh kalian kesantunan dalam bersikap, kehati-hatian, dan setiap akhlaq dan adab. Pelajarilah dari Al-Qur'an dan sunnah Rosul-Nya 'alaihissholatu wassalam. Karena akhlaq merupakan bagian yang penting dari ajaran Islam dan termasuk prinsip dakwah Salafiyyah." (Syarh Washoya Luqman Al-Hakim Libnih)

Semoga Allah senantiasa membimbing kita kepada adab dan akhlaq yang mulia serta menjauhkan kita dari adab dan akhlaq yang tercela. Semangat mempelajari ilmu jangan sampai mengurangi semangat untuk mempelajari adab. 

Fikri Abul Hasan

》》WhatsApp Group《《
"Al-Madrasah As-Salafiyyah"
WASL | " مجموعة المدرسة السلفية "

0 comments:

Posting Komentar