Jumat, 30 September 2016

Meluruskan Persepsi Sosok Wali & Karomah

Wali Allah adalah orang yang membela dan menolong agama Allah. Kata "wali" bentuk jamaknya "awliya'" yang berarti orang-orang yang menolong. Sedangkan awliya'ullah artinya para penolong agama Allah sebab itu Allah ridha dan senantiasa menolong mereka. (Tafsir Ath-Thobari 15/119)

Allah ta'ala berfirman:

يا أيها الذين آمنوا إن تنصروا الله ينصركم ويثبت أقدامكم

"Wahai orang-orang yang beriman jika kalian menolong (agama) Allah, niscaya Allah akan menolong kalian dan mengokohkan kedudukan kalian." (Muhammad: 7)

Para wali Allah yang paling tinggi derajatnya adalah para Nabi dan para Rosul 'alaihimussalam, karena mereka berada di garis terdepan dalam mengenalkan agama Allah dan menolong syariat-Nya. Derajat berikutnya adalah para Shohabat Nabi, lalu para Tabi'in, kemudian para Ulama setelahnya, begitu seterusnya orang-orang yang mengikuti sunnah atau cara beragama Nabi dan para Shohabatnya sampai hari kiamat.

Ringkasnya, derajat kewalian amat ditentukan oleh sejauh mana keimanan dan ketaqwaan seorang hamba kepada Allah. Semakin kuat ketaatannya dalam mengikuti sunnah Nabi dan para Shohabat, maka akan semakin tinggi derajat kewaliannya di sisi Allah. Jadi derajat kewalian itu bukan ditentukan oleh seorang kyai atau guru spiritual yang mengklaim dirinya sebagai wali. Karena yang paling mengetahui tingkat keimanan dan ketaqwaan seseorang hanyalah Allah semata.

Sifat & Ciri Wali Allah

Wali-wali Allah memiliki sifat yang telah disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:

 ألا إن أولياء الله لا خوف عليهم ولا هم يحزنون الذين آمنوا وكانوا يتقون 

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang beriman dan mereka selalu bertaqwa.” (Yunus: 62-63)

Ayat yang agung ini menegaskan sifat wali Allah adalah beriman dan senantiasa bertaqwa. Yakni beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rosul-Nya, hari Akhir, taqdir yang baik dan buruk dengan pemahaman yang benar. Sedangkan bertaqwa sebagaimana yang disampaikan oleh Ibnu Mas'ud rodhiyallahu 'anhu:

أن يطاع فلا يعصى، وأن يذكر فلا ينسى، وأن يشكر فلا يكفر

"Allah ditaati dan tidak didurhakai, Allah diingat dan tidak dilupakan, Allah disyukuri nikmat-Nya dan tidak dikufuri." (Riwayat Ibnu Abi Hatim - Tafsir Ibnu Katsir surat Al-‘Imron ayat 102)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:

لا يكون وليا لله إلا من آمن بالرسول وبما جاء به واتبعه باطنا وظاهرا ومن ادعى محبة الله وولايته وهو لم يتبعه فليس من أولياء الله؛ بل من خالفه كان من أعداء الله وأولياء الشيطان قال تعالى: قل إن كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله 

“Tidaklah seseorang menjadi wali Allah kecuali dia beriman kepada Rosul dan beriman dengan apa yang dibawa olehnya dan mengikuti beliau secara lahir batin. Siapa saja yang mengaku cinta Allah dan wali-Nya, tetapi dia tidak mengikuti beliau maka dia bukan wali Allah. Bahkan siapa saja yang menyelisihi beliau maka dia termasuk musuh Allah dan wali syaithon. Allah ta’ala berfirman, “Katakanlah (hai Muhammad), "Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian".” (Al-Furqon Baina Awliya’irrohman wa Awliya’issyaithon hal. 121)

Jangan Terpedaya oleh "Keanehan"

Keanehan yang dimaksud adalah perbuatan yang tidak bisa dinalar seperti orang berjalan di atas air, terbang di udara, melakukan pengobatan jarak jauh, menggandakan uang, sholat jumat di Makkah, fotonya bercahaya dan sekelumit keanehan yang lain. Karena syarat menjadi wali Allah adalah beriman dan senantiasa bertaqwa, bukan memiliki keanehan atau yang lazimnya disebut karomah.

Al-Imam Asy-Syafii menegaskan:

 إذا رأيتم الرجل يمشي على الماء ويطير في الهواء فلا تغتروا به حتى تعرضوا أمره على الكتاب والسنة 

"Apabila kalian melihat seseorang ada yang dapat berjalan di atas air dan terbang di udara, maka janganlah kalian terpedaya olehnya sampai kalian memeriksa amalan dia apakah sesuai dengan Al-Qur'an was Sunnah?" (Tafsir Ibnu Katsir 1/233)

Yakni bila engkau melihat keanehan-keanehan terjadi pada diri seseorang, maka janganlah terpedaya lantas meyakininya sebagai seorang wali sampai engkau periksa bagaimama amalannya, manhajnya, aqidahnya, ibadahnya apakah sesuai dengan sunnah Nabi shollallahu 'alaihi wasallam ataukah sebaliknya?!

Ibnu Abil ‘Izz berkata, “Barangsiapa menganggap sebagian orang-orang dungu (yang meninggalkan syariat dan kewajiban agama) diyakini sebagai wali-wali Allah dan kedudukan mereka dianggap lebih utama daripada orang-orang yang mengikuti jalannya Rosul shollallahu ‘alaihi wasallam, maka dia orang yang sesat, ahlul bid'ah dan menyimpang dalam beraqidah." (Syarh Al-'Aqidah Ath-Thohawiyyah 2/769)

Memang "keanehan" dengan segala macam bentuknya bisa terjadi pada diri seorang wali, namun hal itu bukan atas dasar kemauan dirinya sendiri. Akan tetapi hal itu betul-betul datang dari Allah guna menolong hamba-Nya di atas al-haq dan menolong agama-Nya.

Contohnya seperti keanehan yang dialami oleh Ali bin Abi Tholib rodhiyallahu 'anhu, beliau mampu mengangkat pintu benteng khoibar Yahudi yang besar dan kuat lalu melemparnya tanpa kesulitan. Akan tetapi setelah itu beliau mencoba kembali untuk mengangkatnya ternyata beliau tidak menyanggupinya. Ini contoh karomah yang Allah berikan kepada Ali untuk menolong agama-Nya. Tidak sepeeti keanehan yang dibuat-buat oleh syaithon kepada walinya dengan cara menghambakan diri kepadanya, meninggalkan syariat-Nya atau melakukan perbuatan yang harom.

Kendati demikian, di sana ada karomah yang paling tinggi kedudukannya yaitu karomah istiqomah. Yaitu konsisten menjalani ketaatan dan mengikuti sunnah Nabi shollallahu 'alaihi wasallam sebagaimana yang disampaikan oleh para Ulama:

فأعظم الكرامة لزوم الاستقامة

"Maka seagung-agungnya karomah para wali adalah karomah istiqomah." (Madarijussalikin 2/106)

Keistiqomahan seorang wali menjadikan dirinya tawadhu' (rendah hati) karena takutnya ia dari ancaman Allah, meninggalkan perkara yang harom sehingga tidak tercetus dalam batinnya merasa paling bertaqwa apalagi mengaku sebagai waliyullah. Hanya wali syaithon yang mengaku sebagai wali Allah, merasa dekat dengan Allah dan merasa dirinya telah menyatu dengan Allah.
___________

Fikri Abul Hasan

4 komentar:

  1. Tapi kenapa pengikut wali palsu itu bisa dr kalangan brpendidikan brrtitel doktor ust?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pendidikan ilmu dunia tidak menjamin seseorang selamat dari kesyirikan maupun penyimpangan dalam beragama. Hanya pendidikan ilmu agama, manhaj yang lurus dan aqidah yang benar yang dapat menyelamatkan seseorang dari kesesatan. Maka tak heran jika para professor doktor banyak yang menjadi konsumen para dukun dan para abnormal.

      Hapus
    2. Siap ust syukron

      Hapus
  2. Jazakumullah khair, izin share ustadz

    BalasHapus