Kamis, 18 Agustus 2016

Seruan Hizbiyyah dan Fanatik Buta Hasan Al-Banna Meruntuhkan Manhaj Al-Wala' wal Baro'

Hizbiyyah artinya membikin pengelompokkan dalam beragama tanpa landasan dalil. Al-wala’ (loyalitas) dan al-baro’ (antipati) dibangun semata-mata atas dasar semangat kelompok, bukan karena didorong oleh kecintaan dan kebencian karena Allah dan Rosul-Nya shollallahu ‘alaihi wasallam. 

Salah benar yang penting kawan kami, kelompok kami, ustadz kami, Syaikh kami, begitulah ungkapan hizbiyyah yang lazimnya dikenal dengan sebutan "fanatisme golongan". Tercelanya sikap hizbiyyah ini telah Allah nyatakan dalam firman-Nya:


ولا تكونوا من المشركين  من الذين فرقوا دينهم وكانوا شيعا كل حزب بما لديهم فرحون 

“Dan jangan kalian seperti kaum musyrikin. Yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya dan menjadi berkelompok-kelompok. Dan setiap kelompok berbangga dengan kelompoknya.” (Ar-Rum: 31-32)

Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


أنا بريء ممن فرق دينه واحتزب

“Aku berlepas diri dari orang yang memecah-belah agamanya dan membikin hizbiyyah.” (HR. Ahmad dalam Musnadnya)

Berikut ini adalah contoh nyata ajakan hizbiyyah dan fanatik buta dari seorang Hasan Al-Banna pendiri gerakan bid'ah “Ikhwanul Muslimin” yang digadang-gadang sebagai sosok pemersatu umat, dia berkata:

فدعوتكم أحق أن يأتيها الناس ولا تأتي هي أحدا وتستغني عن غيرها إذ هي جماع كل خير وما عداها لا يسلم من النقص

“Dakwah kalian (Ikhwanul Muslimin) lebih berhak didatangi manusia dan bukan kalian yang mendatangi mereka. Dan dakwah kalian tidak butuh kepada dakwah lainnya. Sebab dakwah kalian telah mengumpulkan seluruh kebaikan. Adapun selain dakwah kalian tak lepas dari kekurangan.” (Mudzakkarotud Da’wah wad Da’iyah hal. 232)

Juga perkataannya:

وموقفنا من الدعوات المختلفة التي طغت في هذا العصر ففرَّقت القلوبَ وبلبلت الأفكار، أن نزنها بميزان دعوتنا، فما وافقها فمرحباً به، وما خالفها فنحن براء منه

“Sikap kami terhadap gerakan-gerakan dakwah di masa kini yang melampaui batas, serta menceraiberaikan hati dan pikiran kaum Muslimin ialah kami timbang dengan dakwah kami. Apabila sejalan dengan dakwah kami, maka kami menyambutnya, namun bila tidak sejalan, maka kami berlepas diri darinya!” (Majmu’ah Rosa’il Hasan Al-Banna hal. 240)

Adakah pernyataan ini berasal dari seorang Ahlussunnah yang berjalan di atas manhaj Salaf? Tidak sama sekali. Para Ulama amat keras mengingkari pernyataan Hasan Al-Banna tersebut dan mentahdzir (memperingatkan) kaum Muslimin dari bahaya manhajnya. Sebut saja di antaranya Syaikh Al-'Allamah Abdul Muhsin Al-'Abbad (ayahanda Syaikh Abdurrozzaq Al-Badr).

Namun tak sedikit dari para aktivis muda yang terbius tidak menyadari ajakan fanatisme tersebut karena bangkai hizbiyyah yang busuk itu dibungkus rapih dengan istilah "menjaga ukhuwah". 

Padahal al-wala' dalam syari'at hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman, bertauhid, berpegang teguh dengan sunnah Nabi shollallahu 'alaihi wasallam. Semakin kuat keimanannya maka semakin besar pula loyalitas kepadanya. Sedangkan al-baro' ditujukan kepada orang-orang yang menentang keimanan kepada Allah dan Rosul-Nya, menentang dakwah tauhid, melecehkan sunnah, menyelisihi manhaj Salafussholih, di antara mereka adalah orang-orang kafir, ahlul bid'ah, harokiyyun, hizbiyyun dan ahlul batil. Allah berfirman:

"Engkau tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir saling berloyalitas dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya. Sekalipun mereka itu adalah ayah-ayah mereka sendiri, anak-anak mereka, saudara-saudara mereka, maupun terhadap keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah Allah tanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan-Nya. Dan Allah menempatkan mereka di dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha atas karunia-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung.” (Al-Mujadilah: 22)

Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab berkata, "Barangsiapa yang menaati Rosul shollallahu ‘alaihi wasallam dan mentauhidkan Allah maka ia tidak boleh berloyalitas kepada orang yang menentang Allah dan Rosul-Nya sekalipun dia kerabatnya yang terdekat.” (Ats-Tsalatsatul Ushul)

Demikian hakikat manhaj al-wala' wal baro' dalam timbangan syari'at. Loyalitas hanya diberikan kepada Allah dan segala sesuatu yang dicintai oleh Allah dan Rosul-Nya. Sedangkan antipati dari segala hal yang dibenci oleh Allah dan dibenci oleh Rosul-Nya; baik dalam bentuk kekafiran, kebid'ahan maupun maksiat.

Kendati demikian, perjuangan dakwah kepada manhaj dan aqidah yang benar harus terus dilancarkan. Semoga Allah senantiasa melindungi kita dari fitnah hizbiyyah yang acapkali dipandang sebelah mata.

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar