Rabu, 17 Agustus 2016

Alergi dengan Da'i Sunnah & Kajian Sunnah (?)

Para Ulama telah sepakat, ilmu hanyalah diambil dari orang-orang yang berjalan di atas manhaj dan aqidah Salaf Ahlussunnah wal Jamaah. Kemestian ini sama seperti kewajiban mengikuti manhaj Salaf dalam beragama. Allah berfirman:

والسابقون الأولون من المهاجرين والأنصار والذين اتبعوهم بإحسان رضي الله عنهم ورضوا عنه وأعد لهم جنات تجري تحتها الأنهار خالدين فيها أبدا ذلك الفوز العظيم

“Dan para pendahulu yang pertama kali (masuk Islam) dari kalangan Muhajirin (para Shohabat yang hijroh ke Madinah) dan Anshor (para Shohabat yang menjadi penduduk asli kota Madinah) dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka dalam beriman dan beramal dengan sebaik-baiknya. Allah telah ridho kepada mereka dan merekapun juga telah ridho kepada Allah. Dan Allah telah menjanjikan bagi mereka itu taman-taman surga yang mengalir di bawah taman-taman itu sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, yang demikian itu adalah kemenangan yang besar." (At-Taubah: 100)

Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda:

فإنه من يعش منكم فسيري اختلافا كثيرا فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل بدعة ضلالة

"Maka barangsiapa yang masih hidup sepeninggalku dia akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Khulafa’ur Rosyidin Al-Mahdiyyin sepeninggalku (ketika mendapati perselisihan itu), gigitlah ia (sunnah-sunnah itu) dengan gigi-gigi gerahammu. Dan berhati-hatilah kalian dari perkara baru yang diada-adakan dalam beragama karena setiap bid'ah itu sesat.” (HR. Abu Dawud 4607, At-Tirmidzi 2676 beliau berkata, “Hadits Hasan Shohih” dan Syaikh Al-Albani menshohihkannya dalam "Shohihul Jami’" 2546)

Al-Imam Muhammad bin Sirin mengatakan:

إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم

”Sesungguhnya ilmu ini adalah agama maka perhatikanlah dari siapa kalian mengambil agama kalian!" (Riwayat Imam Muslim dalam muqoddimah shohihnya 1/7)

Beliau juga berkata:

لم يكونوا يسألون عن الإسناد فلما وقعت الفتنة قالوا سموا لنا رجالكم فينظر إلى أهل السنة فيؤخذ حديثهم وينظر إلى أهل البدع فلا يؤخذ حديثهم

“Dahulu para Ulama tidak pernah bertanya perihal sanad, tatkala terjadi fitnah (kedustaan dan pemalsuan sejarah) mereka selektif, "Sebutkanlah pada kami rijal (para perowi) kalian, apabila dari Ahlussunnah maka diterima haditsnya, jika dari ahlul bid’ah maka ditolak." (Idem)

Al-Imam Malik bin Anas berkata, “Tidak boleh seseorang mengambil ilmu dari empat model manusia, ilmu tidak diambil dari orang-orang bodoh, tidak diambil dari pengekor hawa nafsu yang menyeru manusia kepada hawa nafsunya (ahlul bid'ah), tidak pula dari seorang pendusta yang biasa berdusta dalam pembicaraan-pembicaraan manusia meskipun tidak tertuduh berdusta pada hadits-hadits Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, tidak pula dari seorang Syaikh yang memiliki keutamaan, kesholihan serta ahli ibadah tetapi dia tidak paham dengan apa yang diucapkannya.” (An-Nubadz fi Adab Tholabil ‘Ilmi hal. 22-23)

Al-Imam Asy-Syafii berkata, “Cukuplah kalian dari haditsnya si Fulan” dan “Jangan kalian menerima haditsnya si Fulan”, ungkapan ini bukanlah ghibah (yang harom)." (Ma’rifatus Sunan wal Atsar 1/148)

Al-Imam Ahmad ketika berkata, “Fulan dho’if (lemah), Fulan tsiqoh (terpercaya)”, maka Abu Turob berkata, “Jangan engkau mengghibahi Ulama!”, maka Imam Ahmad menoleh kepadanya dan berkata, “Celaka engkau! Ini nasehat bukan ghibah (yang harom)!” (Tarikh Al-Khothib 12/316)

Al-Imam Ahmad, “Jika engkau diam dan akupun diam, lantas kapan orang yang jahil (tidak berilmu) bisa mengetahui mana yang shohih dan mana yang berpenyakit!” (Majmu’ Fatawa 28/231)

Jadi selektif memilih dai Ahlussunnah dan meninggalkan dai yang menyelisihi sunnah adalah kemestian dalam menuntut ilmu agama dengan tetap memperhatikan rambu-rambunya. Tujuannya agar selamat dari penyimpangan seperti yang telaht diperingatkan Nabi shollallahu 'alaihi wasallam.

Sedangkan menerima kebenaran bisa dari siapa saja, bahkan dari ahlul bid'ah dan orang kafir sekalipun selama dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiyyah kebenarannya.

Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يحمل هذا العلم من كل خلف عدوله ينفون عنه تحريف الغالين وانتحال المبطلين وتاويل الجاهلين

“Sesungguhnya Ilmu ini akan dibawa oleh para Ulama yang adil dari setiap generasi, mereka membantah penafsiran dari kalangan orang-orang yang ekstrim (khowarij), menolak kedustaan para pelaku kebatilan (ahli ilmu kalam dan filsafat), dan ta’wil orang-orang yang jahil (tarekat Shufiyyah).” (Hadits Hasan diriwayatkan Al-Baihaqi dalam "As-Sunanul Kubro", Al-Ajurri dalam "Asy-Syari’ah" hadits ke 1 & 2, Ibnu ‘Adi dalam "Al-Kamil" 1/153, Ibnu Hibban dalam "Ats-Tsiqot" 4/10, Ibnu Abi Hatim dalam "Al-Jarh wat Ta’dil" 2/17 dan yang lain)

Maknanya dijelaskan oleh Ibnul Qoyyim:

فأخبر صلى الله عليه و سلم أن العلم الذي جاء به يحمله عدول امته من كل خلف حتى لا يضيع ويذهب

“Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan, bahwa ilmu yang murni ini akan senantiasa dibawa oleh orang-orang yang adil dari umatnya pada setiap generasi agar tidak hilang dan sirna.” (Miftah Darissa’adah 1/163)

Maka para dai Ahlussunnah mengajak kaum Muslimin agar beragama di atas ajaran Islam yang murni seperti yang diajarkan Nabi shollallahu 'alaihi wasallam dan para Shohabatnya. Orang-orang yang berang dengan sebutan dai Ahlussunnah sebetulnya dia ingin menjauhkan umat Islam dari cara beragama Nabi shollallahu 'alaihi wasallam dan mengajak manusia kepada fanatik buta.
____________

Fikri Abul Hasan

5 komentar:

  1. masa2 fitnah hrs lbh kuat mnggigit sunnah dg gigi graham barokallahu fykum

    BalasHapus
  2. Ada-ada aja mendekati akhir zaman, segala alergi sama dai sunnah, koq alergi sama obat mestinya sama penyakit...

    BalasHapus
  3. Salim Fillah ikhwaniy tulen byk nukil cerita ulama Salaf tapi dia simpulkan pakai pikirannya pribadi

    BalasHapus