Minggu, 17 Juli 2016

Kepemimpinan yang Adil & Beradab

Kepemimpinan Abu Bakr Ash-Shiddiq, 'Umar bin Al-Khatthab, 'Utsman bin 'Affan, 'Ali bin Abi Thalib, 'Umar bin Abdil 'Aziz, Muhammad bin Su'ud bersama Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dapat terwujud dengan adil dan beradab karena kembali kepada Al-Qur'an was Sunnah dengan pemahaman para Salafusshalih.

Inilah janji Allah bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih; di saat mereka berupaya mentauhidkan Allah dan berlepas diri dari kesyirikan, menegakkan sunnah dan menjauhi bid'ah, mencukupkan diri dengan perkara yang halal dan meninggalkan yang haram, maka Allah akan jadikan mereka berkuasa di muka bumi sebagaimana orang-orang yang telah Allah beri kekuasaan pada umat-umat terdahulu. Allah berfirman:

وعد الله الذين آمنوا منكم وعملوا الصالحات ليستخلفنهم في الأرض كما استخلف الذين من قبلهم وليمكنن لهم دينهم الذي ارتضى لهم وليبدلنهم من بعد خوفهم أمنا يعبدونني لا يشركون بي شيئا ومن كفر بعد ذلك فأولئك هم الفاسقون

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang beramal shalih, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Allah memberi kekuasaan pada orang-orang sebelum mereka. Dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merubah keadaan mereka, setelah mereka dalam keadaan ketakutan menjadi aman tentram, mereka tetap mentauhidkan Aku dan tidak berbuat kesyirikan sedikitpun. Dan barangsiapa tetap kufur setelah itu, maka mereka adalah orang-orang yang fasik.” (An-Nur: 55)

Allah juga berfirman:

لقد من الله على المؤمنين إذ بعث فيهم رسولا من أنفسهم يتلو عليهم آياته ويزكيهم ويعلمهم الكتاب والحكمة وإن كانوا من قبل لفي ضلال مبين

“Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Dia mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan mereka (At-Tashfiyah), dan mengajarkan kepada mereka (At-Tarbiyah) Al-Kitab wal Hikmah, dan sesungguhnya mereka dahulu benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (Al-'Imran: 164)

Al-‘Allamah Mahmud Al-Alusi berkata, “Makna membersihkan mereka dalam ayat ini ialah membersihkan mereka dari kotoran-kotoran jahiliyyah serta kerusakan-kerusakan dalam perkara aqidah.” (Ruhul Ma’ani)

Al-‘Allamah ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di berkata, “Bahwa maknanya ialah membersihkan mereka dari kesyirikan, berbagai kemaksiatan dan kehinaan, serta segala macam kerendahan akhlaq.” (Taisirul Karimirrahman)

Al-Imam Asy-Syaukani berkata, "Mengajarkan mereka Al-Kitab wal Hikmah yaitu mengajarkan mereka tentang Al-Qur’an was Sunnah." (Fat-hul Qadir)

Maka dakwah dan perjuangan kaum Muslimin dalam berjihad di jalan Allah tidak akan tegak dengan sebenar-benarnya bila tidak dimulai dari manhaj “At-Tashfiyah wat Tarbiyah”. At-Tashfiyah adalah upaya pemurnian syari’at dari berbagai kotoran syirik, bid’ah, nifaq, khurafat, pemahaman menyimpang serta jeleknya perilaku maupun adab, sedangkan At-Tarbiyah adalah pembekalan secara ilmiyyah dan amaliyyah tentang manhaj yang benar, aqidah yang shahih, ibadah yang syar’i maupun akhlaq yang terpuji. Inilah maksud perkataan Imam Malik, “Tidak akan menjadi baik nasib umat ini melainkan dengan apa yang telah memperbaiki generasi pendahulunya.”

Semoga Allah senantiasa memberi petunjuk kepada para pemimpin kaum Muslimin agar kembali kepada Al-Qur'an was Sunnah dengan pemahaman Salafusshalih dan menjaga mereka dari berbagai makar dan kezaliman.

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar