Kamis, 09 Juni 2016

Peringkat Orang yang Berpuasa (Awam, Khusus, Lebih Khusus)

Ibnu Qudamah Al-Maqdisi membagi puasa menjadi tiga peringkat, yaitu puasa orang awam, puasa orang khusus dan puasa orang yang lebih khusus. Berikut penjelasan beliau.

فأما صوم العموم فهو كف البطن والفرج عن قضاء الشهوة وأما صوم الخصوص فهو كف النظر ، واللسان، واليد، والرجل ، والسمع ، والبصر، وسائر الجوارح عن الآثام . وأما صوم خصوص الخصوص فهو صوم القلب عن الهمم الدنيئة، والأفكار المبعدة عن الله تعالى، وكفه عما سوى الله تعالى بالكلية، وهذا الصوم له شروح تأتى فى غير هذا الموضع .

"Puasa orang awam yaitu sebatas menahan perut dan kemaluan dari keinginan syahwatnya. Sedangkan puasa orang khusus yaitu menahan pandangan, lisan, tangan, kaki, pendengaran, pengelihatan dan seluruh anggota badan dari segala perbuatan dosa. Sedangkan puasa orang yang lebih khusus yaitu puasanya hati dari keinginan-keinginan yang hina, serta pikiran-pikiran yang dapat menjauhkan ia dari Allah serta menahannya secara total dari segala sesuatu selain Allah ta’ala.

من آداب صوم الخصوص غض البصر، وحفظ اللسان عما يؤذى من كلام محرم أو مكروه ، أو ما لا يفيد ، وحراسة باقي الجوارح . وفى الحديث من رواية البخارى، أن النبى صلى الله عليه وآله وسلم قال

Termasuk adab puasa orang yang khusus ialah menahan pandangan dari yang harom, dan menjaga lisan dari menggangu orang lain berupa perkataan yang harom, makruh, atau perkataan tidak ada manfaatnya sama sekali, serta menjaga seluruh anggota badannya dari perbuatan dosa.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhori, bahwa Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

من لم يدع قول الزور والعمل به، فليس لله حاجة فى أن يدع طعامه وشرابه

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan omongan yang harom (dusta, ghibah, namimah) dan tidak pula meninggalkan perbuatan tercela dalam puasanya, maka tidak ada keperluan bagi Allah untuk dia meninggalkan makanan dan minumannya.” (Mukhtashor Minhajul Qoshidin – Bayanu Asroris Shaum wa Adabih)

Maka sudah sepatutnya bagi setiap kita berupaya menempuh amalan puasa yang terbaik di sisi Allah ta’ala.

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar