Jumat, 27 Mei 2016

Cinta Akhirat Pangkal Kebahagiaan

Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

من كانت الدنيا همه فرق الله عليه أمره و جعل فقره بين عينيه و لم يأته من الدنيا إلا ما كتب له ، و من كانت الآخرة نيته جمع الله له أمره و جعل غناه في قلبه و أتته الدنيا و هي راغمة

"Barangsiapa menjadikan dunia sebagai tujuan utama hidupnya, niscaya Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kefaqiran membayangi kedua matanya dan dunia tidaklah datang kepadanya melainkan apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuan utama hidupnya, maka Allah akan mengumpulkan segala urusannya dan menjadikan kekayaan memenuhi hatinya dan dunia mendatanginya dalam keadaan hina."

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan-nya 2/1375, dengan sanad berikut, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bassyar, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far, telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari ‘Umar bin Sulaiman ia berkata, aku mendengar Abdurrohman bin Aban bin ‘Utsman bin ‘Affan dari bapaknya (yakni Aban bin ‘Utsman) dari Zaid bin Tsabit secara marfu’.

Syaikh Al-'Allamah Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i menegaskan hadits ini shohih dan para perawinya dipakai oleh Al-Bukhori dalam Shohih-nya, selain ‘Umar bin Sulaiman dan Abdurrohman bin Aban. Namun Ibnu Ma’in dan An-Nasa’i mentsiqohkan ‘Umar bin Sulaiman dan An-Nasa’i juga mentsiqohkan Abdurrohman bin Aban, sebagaimana dalam "Tahdzibut Tahdzib". (Al-Jami’us Shohih mimma Laisa fis Shohihain 1/39)

Hadits ini juga dishohihkan oleh Syaikh Al-'Allamah Al-Albani dalam "Silsilah Ash-Shohihah". Beliau berkata, "Sanad hadits ini shohih dan rijalnya tsiqot sebagaimana yang dinyatakan dalam “Az-Zawa’id” (Silsilah Ash-Shohihah 2/634 no. 950 – Maktabah Al-Ma’arif).

Tetapi salah seorang rawi dalam kitab beliau tertulis ‘Amr bin Sulaiman dan yang benar adalah ‘Umar bin Sulaiman (yakni bin Hafsh bin Ja’far bin ‘Ashim bin ‘Umar bin Al-Khotthob).

Hadits ini juga dikeluarkan oleh Ath-Thoyalisi dalam Musnadnya no. 617, Al-Hafidzh Abul Qosim Al-Jauhari dalam Musnad Al-Muwattho’ 1/6, Ibnu Hibban dalam Shohihnya no. 72, Waki’ dalam Az-Zuhd 352, semuanya dari jalan Zaid bin Tsabit secara marfu’, dan At-Tirmidzi dalam Sunan-nya 2389 dari Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu.

Beberapa Faidah Hadits:

1. Nilai amalan seseorang bergantung dengan niatnya.
2. Kecintaan kepada akhirat adalah wujud keikhlasan.
3. Akhirat menjadi tujuan utama hidup seorang mukmin.
4. Kematian sejatinya awal dari kehidupan.
5. Bimbingan Nabi shollallahu 'alaihi wasallam kepada umatnya agar selamat dari penghambaan kepada dunia dan perbudakan hawa nafsu. 
6. Kebaikan dan kebahagiaan hakikatnya hanya dapat diraih dengan mengutamakan kecintaan kepada akhirat.
7. Niat yang ikhlas akan memaksa dunia datang kepada seseorang serta menjamin keselamatan dunia akhirat.
8. Ketamakan terhadap dunia akan merusak keikhlasan.
9. Rendahnya nilai dunia dan betapa tingginya kedudukan akhirat dan keduanya tidak sepadan.
10. Sebab kerugian dan kebinasaan karena kecintaan kepada dunia.
11. Orang yang tamak terhadap dunia hakikatnya faqir, sebaliknya orang yang mengutamakan akhirat sejatinya orang yang paling kaya.
12. Orang yang mengejar-ngejar dunia akan kehilangan berkah di dunia dan sengsara akhirat.
13. Ibnul Qayyim berkata, "Jadilah engkau sebagai anak-anak akhirat dan janganlah engkau menjadi anak-anak dunia, sesungguhnya seorang anak akan mengikuti ibunya."
14. Mencari dunia tidaklah tercela, hanyalah yang dilarang bila menjadikan dunia dihatinya.
15. Anjuran mencari dunia untuk kepentingan akhirat.

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar