Selasa, 05 April 2016

Menolak Kejelekan dengan Kebaikan (Sifat Orang Pilihan)

Allah mengajarkan di dalam Al-Qur'an menolak kejelekan dengan cara yang paling baik. Allah berfirman:

ولا تستوي الحسنة ولا السيئة ادفع بالتي هي أحسن فإذا الذي بينك وبينه عداوة كأنه ولي حميم * وما يلقاها إلا الذين صبروا وما يلقاها إلا ذو حظ عظيم

"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejelekan itu, tolaklah (kejelekan) dengan cara yang paling baik maka tiba-tiba orang yang antara kamu dan dia ada permusuhan seolah-olah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidaklah dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang sabar dan tidaklah dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang memiliki keuntungan yang besar.” (Fusshilat: 34-35)

Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhuma berkata:

أمر الله المؤمنين بالصبر عند الغضب ، والحلم والعفو عند الإساءة ، فإذا فعلوا ذلك عصمهم الله من الشيطان ، وخضع لهم عدوُّهم ، كأنه وليّ حميم

“Allah memerintahkan kaum mukminin untuk bersabar ketika ada yang membuatnya marah, bijaksana dan memaafkan ketika ada yang membikinnya sakit hati. Bila setiap hamba mengupayakan hal seperti itu maka Allah akan melindungi dirinya dari gangguan syaithon serta menundukkan musuh-musuhnya. Bahkan yang semula bermusuhan tiba-tiba berubah menjadi kawan yang setia." (Tafsir Ath-Thobari 21/471)

Orang-orang yang dianugerahi sikap arif seperti ini hanyalah orang-orang yang memiliki kesabaran yang besar. Sebab merespon kejelekan dengan kebaikan bukanlah perkara yang mudah bagi jiwa dan tidak setiap orang mampu melakukannya. Adapun kiat untuk bersabar adalah dengan banyak mengingat Allah.

Abdullah bin Aun bin Arthoban Al-Bashri (150 H) berkata:

ذكر الناس داء وذكر الله دواء

“Mengingat-ingat (perlakuan jelek) orang kepada kita adalah penyakit, sedangkan mengingat Allah adalah obat.”

Al-Imam Adz-Dzahabi berkata, "Demi Allah! yang aneh dari kita dan termasuk kebodohan kita adalah bagaimana bisa kita tinggalkan obat lalu mencari penyakit!" (Siyar A'lamin Nubala' 6/370)

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar