Senin, 07 Maret 2016

Kedustaan Salman Al-Awdah & Peringatan Ulama dari Tokoh-Tokoh Hizbiyyah Masa Kini (Safar Hawali, Nashir Al-'Umar, Aidh Al-Qarni, Al-'Arifi)

Syaikh Jamal bin Furaihan Al-Haritsi hafidzhahullah berkata, "Sebagian orang yang menisbatkan dirinya kepada ilmu bersusah payah, menyia-nyiakan waktunya, mencerai-beraikan pemikiran para pemuda dan dia mengarang sebuah kitab untuk mengklaim adanya perbedaan antara At-Tha’ifah Al-Manshurah dengan Al-Firqatun Najiyah. Sungguh dia tidak akan mampu melakukannya.

Namun “tanah yang basah ini semakin bertambah basah” ketika ia berdusta atas nama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan menyandarkan kepada beliau ucapan yang membedakan antara Al-Firqatun Najiyah dengan At-Tha’ifah Al-Manshurah tersebut tanpa menyertakan rujukan. Hal itu dia sampaikan dalam kitabnya yang berjudul "Al-Ghuraba Al-Awwalun". Maka bantahan atas kedustaan ini sebagaimana yang telah engkau ketahui dari ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang telah kita bahas.

Keadaannya yang semakin jauh itu, mendorong dia untuk menyandarkan pendapatnya kepada Syaikh bin Baz rahimahullah. Persisnya ketika ia ditanya dalam ceramahnya tentang perbedaan antara Al-Firqatun Najiyah dengan At-Tha’ifah Al-Manshurah, lantas ia menjawab, “As-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz –walhamdulillah- sependapat dengan saya dalam hal itu dan beliau menjanjikan kepada saya akan menuliskan catatan kaki yang berisi hal tersebut." (selesai – ceramahnya dari kaset rekaman)

Alhamdulillah Allah telah membongkar kedustaan dia, dimana Syaikh bin Baz mengingkari ucapannya ketika beliau ditanya tentang hal itu.

Penanya berkata, Apakah Anda membedakan At-Tha’ifah Al-Manshurah dengan Al-Firqatun Najiyah?

Syaikh menjawab, “At-Tha’ifah Al-Manshurah adalah Al-Firqatun Najiyah. Keduanya merupakan satu. Mereka adalah Ahlussunnah wal Jama’ah, dan mereka adalah Salafiyyin.”

Penanya berkata, Sesungguhnya si Fulan mengatakan bahwa anda sependapat dengannya dalam membedakan hal tersebut apakah itu benar?

Syaikh menjawab, “Tidak, tidak, dia telah salah! (Fatwa beliau dari kaset rekaman - catatan kaki Al-Ajwibah Al-Mufidah ‘an As’ilatil Manahij Al-Jadidah no. 130)

At-Tha’ifah Al-Manshurah sama dengan Al-Firqatun Najiyah adalah ucapannya para Ulama Ahli Hadits. Al-Firqatun Najiyah adalah At-Tha’ifah Al-Manshurah, Ahli Hadits, Ahlussunnah wal Jama’ah, Al-Jama’ah dan juga Salafiyyin. Hal itu telah ditegaskan oleh sejumlah Ulama dari kalangan Salaf maupun Khalaf. Berikut pernyataan mereka:

يقول الإمام أحمد- رحمه الله – عقب حديث : (( وستفترق … )) :

Berkata Imam Ahmad rahimahullah tatkala mengomentari hadits “dan umatku akan terpecah":

إن لم يكونوا أهل الحديث فلا أدري مَن هُم ؟

"Jika mereka bukan ahli hadits, maka aku tidak tahu lagi siapa mereka?" (Riwayat Al-Hakim dalam Ma’rifatu ‘Ulumil Hadits hal. 3 dengan sanad yang shahih)

Al-Mubarakfuri menukil dalam muqaddimah "Tuhfatul Ahwadzi" hal. 13 dari Abul Yuman ibnu ‘Asakir beliau berkata:

لِيَهْنِ أهل الحديث هذه البشرى … فهم – إن شاء الله – الفرقة الناجية

"Sampaikanlah berita gembira ini kepada Ahli Hadits bahwa mereka itu –insyaallah- adalah Al-Firqatun Najiyah.”

At-Tirmidzi setelah menyebutkan hadits Nabi, “Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku..” no. 2229, aku mendengar Al-Bukhari berkata:

سمعت ابن المديني يقول : ” هم أهل لحديث ”

"Aku mendengar Ibnul Madini berkata, “Mereka adalah Ahli Hadits.”

Al-Bukhari dalam kitabnya "Khalqu Af’alil ‘Ibad" hal. 61 setelah menyebutkan hadits Abu Sa’id mengenai firman Allah ta’ala, ("Dan demikian (pula), Kami telah menjadikan kalian (umat islam) sebagai umat yang adil") Mereka adalah kelompok yang disebut dalam hadits, “Senantiasa akan muncul sekelompok dari umatku.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah tidak membedakan antara At-Tha’ifah Al-Manshurah dengan Al-Firqatun Najiyah, bahkan beliau berkata di awal kitabnya "Al-Aqidah Al-Wasithiyyah", “Adapun setelahnya, maka ini adalah aqidah "Al-Firqatun Najiyah Al-Manshurah" sampai hari kiamat, Ahlussunnah wal Jama’ah.” (Juga dalam Majmu’ Fatawa 3/129)

Beliau juga berkata dalam Majmu’ Fatawa 3/347, “Dengan demikian menjadi jelas, bahwa orang yang paling berhak menyandang predikat Al-Firqatun Najiyah adalah Ahlul Hadits was Sunnah.” (Catatan kaki “Al-Ajwibah Al-Mufidah ‘an As’ilatil Manahij Jadidah no. 129)

Dalam redaksi yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mensifati At-Tha’ifah Al-Manshurah sebagai orang-orang yang senantiasa berperang di atas manhaj yang haq:

لا تزال طائفة من أمتي يقاتلون على الحق ظاهرين إلى يوم القيامة

“Akan senantiasa muncul sekelompok dari umatku orang-orang yang berperang di atas al-haq (manhaj yang benar) dan mereka menang hingga hari kiamat.”

Maka yang akan senantiasa muncul dari umat ini adalah orang-orang yang berperang di atas manhaj yang benar yakni manhaj  Al-Firqatun Najiyah yang merujuk kepada manhaj Rasulullah dan para Shahabat dalam beragama. Dan bukanlah mereka yang berjalan di atas manhaj harakah hizbiyyah yang diingkari oleh para Ulama.

Al-Imam An-Nawawi menerangkan lebih lanjut tentang siapakah At-Tha’ifah Al-Manshurah yang dimaksud dalam hadits setelah beliau mengompromikan berbagai riwayatnya:

ويُحتَمل أن هذه الطائفة مفرَّقة بين أنواع المؤمنين منهم شجعانٌ مقاتلون، ومنهم فقهاء، ومنهم محدِّثون، ومنهم زهَّاد، وآمرون بالمعروف وناهون عن المنكر، ومنهم أهل أنواع أخرى من الخير،  ولا يلزم أن يكونوا مجتمعين، بل قد يكونون متفرقين في أقطار الأرض

“Kelompok tersebut dibawa kepada beberapa makna dari kelompok-kelompok yang ada di antara kaum Mu'minin. Mereka adalah para pemberani yang berperang (di atas al-haq), mereka juga ahli fiqh, ahli hadits, orang-orang yang zuhud, orang yang memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar serta ahli kebaikan yang lainnya. Hal itu tidaklah mengharuskan mereka berkumpul pada satu tempat yang sama, bahkan terkadang keberadaan mereka terpisah-pisah di berbagai penjuru dunia.” (Syarh Shahih Muslim 13/65)

Maka Al-Firqatun Najiyah adalah At-Tha’ifah Al-Manshurah, At-Tha’ifah Al-Manshurah adalah Al-Firqatun Najiyah, tidak ada perbedaan antara keduanya. Dan tidak benar anggapan sebagian orang yang menuduh Ulama Ahlussunnah dan Salafiyyin menyembunyikan riwayat-riwayat “qital” (perang) dalam menerjemahkan hadits At-Tha’ifah Al-Manshurah, wallaahul musta’an.

Oleh sebab itu, Syaikh Shalih Al-Fawzan hafidzhahullah ketika ditanya tentang anggapan sebagian orang yang memisahkan At-Tha’ifah Al-Manshurah dengan Al-Firqatun Najiyah? Beliau menjawab:

هؤلاء يريدون أن يفرقوا بين كل شيء، يريدون أن يفرقوا بين المسلمين، وحتى صفات المسلمين يريدون أن يفرقوا بينهما، وهذا القول ليس بصحيح، فالطائفـة المنصـورة هم الفِرقة الناجيـة – والله الحمد -، لا تكون منصـورة إلا إذا كانت ناجيـة، ولا تكون ناجيـة إلا إذا كانت منصورة؛ فهما وصفان متلازمان لشيء واحد

“Mereka itu hendak memisahkan segala perkara, mereka ingin memecah belah persatuan kaum muslimin, bahkan sifat-sifat kaum Muslimin ingin dipisahkan pula. Ketahuilah, ucapan itu tidak benar! Sesungguhnya At-Tha’ifah Al-Manshurah adalah Al-Firqatun Najiyah -walhamdulillah- mereka tidak akan tertolong kecuali jika mereka selamat dan tidak akan selamat kecuali jika mereka ditolong. Keduanya merupakan sifat yang saling berkaitan satu sama lain.

وهذا التفريق إما من جاهل وإما من مغرض يريد أن يشكك شباب المسلمين في الطائفة المنصورة الناجية

Upaya membedakan kedua sifat ini sesungguhnya kemungkinan berasal dari orang bodoh atau dari orang yang mempunyai tujuan jelek guna membuat kerancuan di kalangan syabab (para pemuda) kaum Muslimin dalam memahami At-Tha’ifah Al-Manshurah An-Najiyah. (Al-Ajwibah Al-Mufidah ‘an As’ilatil Manahij Al-Jadidah - Soal 41)

Peringatan Syaikh Shalih Al-Fawzan dari Tokoh-Tokoh Hizbiyyah Masa Kini (Salman Al-'Awdah, Aidh Al-Qarni, Nashir Al-'Umar, Muhammad Al-'Arifi)

السائل : الله يحفظك فيه كتاب قرأته للشيخ أحمد بن يحيى النجمي والشيخ زيد المدخلي الله يرحمهم ويغفر لهم ، كتاب الشيخ زيد اسمه (الإرهاب) وكتاب الشيخ أحمد النجمي اسمه (المورد العذب) فـشيخ قرأنا بعض الأسماء من الدعاة الموجودين الآن مثل محمد العريفي وعايض القرني وسلمان العودة وناصر العمر فنشرت هذا الكتاب يا شيخ ورأيت منكم تقريض على هذا الكتاب فرد عليّ بعض الإخوة يقولون : أن الشيخ صالح لا يحذر من هؤلاء

Penanya: Semoga Allah menjaga engkau, ada sebuah kitab yang telah aku baca karya Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi dan Syaikh Zaid Al-Madkhali -semoga Allah merahmati dan mengampuni mereka-, kitab Syaikh Zaid berjudul "Al-Irhab", kitab Syaikh Ahmad An-Najmi berjudul "Al-Mauridul 'Adzbu", dalam kitab tersebut kami baca peringatan dari sebagian nama-nama da'i masa kini semisal, Muhammad Al-'Arifi, Aidh Al-Qarni, Salman Al-'Awdah, Nashir Al-'Umar. Kitab tersebut telah tersebar luas wahai Syaikh dan aku melihat Anda memberi pujian terhadap kitab tersebut. Akan tetapi ada sebagian ikhwah membantahku dengan mengatakan Syaikh Shalih tidak mentahdzir (memperingatkan) dari bahaya pemahaman da'i-da'i tersebut.

الشيخ : اتركهم بس اتركهم الكتاب مطبوع وموزع ومنتشر واتركهم

Syaikh: Tinggalkan da'i-da'i itu! Tinggalkan mereka! Kitab tersebut sudah dicetak, dipublikasi dan tersebar luas, tinggalkan mereka! (Source: Youtube - Hasan bin 'Isa 7/4/1437 H - 16/1/2016 M)

Da'i-da'i yang disebutkan di atas adalah tokoh-tokoh harakah hizbiyyah masa kini yang telah diperingatkan oleh para Ulama. Da'i-da'i tersebut adalah rujukan utama kelompok harakah hizbiyyah di Indonesia semisal Wahdah, HASMI dan orang-orang yang berjalan di atas manhaj Ikhwanul Muslimin namun acapkali mengklaim diri sebagai Ahlussunnah dan pengikut Salafusshalih.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

“Agama seseorang bergantung dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi, dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam "As-Shahihah" no. 927)

Ketika Sufyan Ats-Tsawri datang ke Bashrah, beliau melihat keadaan Ar-Rabi’ bin Shabih dan kedudukannya di tengah ummat. Yahya bin Sa’id Al-Qatthan berkata, “Sufyan bertanya apa madzhabnya?” Orang-orang menjawab, “Madzhabnya di atas sunnah.” Beliau bertanya lagi, “Siapa teman dekatnya?” Mereka menjawab, “Seorang Qadari (orang yang menolak adanya taqdir).” Lalu beliau berkata, “Kalau begitu ia seorang Qadari!” (Al-Ibanah 2/453 - Lamudduril Mantsur minal Qaulil Ma’tsur fil I’tiqad was Sunnah)

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar