Jumat, 15 Januari 2016

Mengungkap Penyimpangan "Jamaah Tabligh"

Ada seorang da'i yang mengaku dirinya Salafy Ahlus Sunnah akan tetapi membela Jama'ah Tabligh ini bagaimana Ustadz? Kami sebagai orang awam merasa janggal dengan sikap da'i tersebut yang dulu pernah kami ikuti nasehat-nasehatnya.

Jawab: Jamaah Tabligh adalah kelompok bid'ah yang dirintis oleh Muhammad Ilyas Al-Kandahlawi salah seorang panganut tarekat Shufi yang berasal dari India. Dia menjalankan misi tablighnya setelah pergi ke makam Nabi shollallahu 'alaihi wasallam. Muhammad Ilyas wafat tahun 1363 H. (Jama'atut Tabligh Mafahim Yajib An Thushohhah hal. 2 - 3) 

Jamaah Tabligh mempunyai pokok pemahaman bid'ah yang mereka sebut dengan "Ushulus Sittah" antara lain, (1) Mengamalkan kalimat thoyyibah "Laa Ilaha Illallah Muhammadar Rosulullah", (2) Sholat khusyu, (3) Ilmu dan dzikir, (4) Menghormati kaum Muslimin, (5) Mengikhlaskan niat, (6) Keluar (khuruj) di jalan Allah. (Idem, hal. 4 - 9)

Keenam pokok ini bila dilihat sepintas tidak ada penyelisihannya dengan syariat, akan tetapi bila dicermati bagaimana pengamalan mereka maka sesungguhnya tidak dibangun di atas ilmu dan pemahaman yang benar. Seperti mereka mengaku mengamalkan kalimat thoyyibah dan mengikhlaskan niat, namun bersamaan dengan itu mereka terjerumus dalam praktek kesyirikan, mengadopsi keyakinan kufur "wihdatul wujud" (Allah menyatu dengan alam), meyakini Syaikh Shufi memberi berkah dan ilmu laduni. Keyakinan seperti ini jelas bertolak belakang dengan konsekuensi kalimat thoyyibah itu sendiri. Semua keyakinan tersebut termaktub dalam kitab rujukan mereka yang berjudul, "Fadho'ilul A'mal" dan "Fadho'ilus Shodaqot".

Jamaah Tabligh juga mewajibkan orang untuk bertaqlid, berdakwah tanpa ilmu, menyampaikan cerita khurofat, hadits-hadits palsu dari kitab-kitab rujukan mereka dan mengharuskan "khuruj" (keluar berdakwah) dengan mengkhususkan hari-harinya. Bahkan mereka mengklaim orang-orang yang tidak mau ikut khuruj dianggap belum berdakwah! Pemahaman seperti ini juga bertolak belakang dengan konsekuensi syahadat "Muhammad Rosulullah".

Lantas bagaimana mungkin dapat meraih kekhusyuan sholat bila rukun sholat, syarat-syaratnya, wajib-wajibnya, sunnah-sunnahnya dan pembatal-pembatalnya tidak pelajari dan didakwahkan kepada masyarakat? 

Bagaimana mungkin bisa berdzikir dengan benar jika kaifiyyahnya (caranya) menyelisihi cara dzikir yang Nabi shollallahu 'alaihi wasallam? 

Bagaimana mungkin dapat menghormati kaum Muslimin jika orang-orang yang multazim (berpegang teguh) dengan sunnah Nabi shollallahu 'alaihi wasallam mereka cibir?

Tidak dipungkiri banyak orang-orang yang tadinya suka bermaksiat kemudian bertaubat setelah ikut khuruj bersama mereka, akan tetapi yang terjadi sebetulnya adalah dia berpindah dari kemaksiatan kepada amalan bid'ah dan kesyirikan, padahal bid'ah dan syirik lebih besar kerusakannya ketimbang maksiat. Syirik melecehkan hak Allah, sedangkan bid'ah melecehkan hak Nabi shollallahu 'alaihi wasallam. 

Maka jika ada dai yang mengaku "Salafy" tetapi dia membela Jamaah Tabligh maka orang ini sangat dipertanyakan manhajnya dan aqidahnya. Karena yang menjadi patokan hanyalah pemahaman dan pengamalan bukan pengakuan semata. 

Para Ulama juga telah memperingatkan  dari bahaya penyimpangan kelompok Jamaah Tabligh ini antara lain Syaikh Al-'Allamah Abdul Aziz bin Baz rohimahullah. Beliau sebelumnya memuji Jamaah Tabligh, namun setelah mengetahui batilnya aqidah mereka maka beliau berlepas diri dan memperingatkan kaum Muslimin dari penyimpangannya.

Syaikh Al-'Allamah Abdurrozzaq 'Afifi berkata, “Jamaah Tabligh adalah ahlul bid’ah, khuruj mereka bukanlah di jalan Allah tetapi di jalan Muhammad Ilyas. Mereka tidaklah berdakwah kepada Al-Qur’an was Sunnah tetapi berdakwah mengajak manusia kepada jalannya Muhammad Ilyas!"

Syaikh Al-'Allamah Sholih Al-Fawzan ketika dikatakan beliau meralat tahdzirnya atas Jamaah Tabligh maka beliau mengatakan "Apa yang engkau dengar tidaklah benar! Aku tetap mentahdzir (memperingatkan) umat ini dari bahaya semua kelompok yang menyelisihi manhaj Ahlussunnah wal Jama'ah!"

Demikian nasehat para Ulama dalam menyikapi kelompok Jamaah Tabligh ini. Semoga Allah senantiasa membimbing kita kepada jalan yang diridhoi-Nya.
______________

Fikri Abul Hasan

1 komentar: