Jumat, 11 Desember 2015

Fatwa Ulama Salaf (Malik, Asy-Syafi'i, Ahmad, Al-Bukhori, Ibnu Katsir): "Sesat & Kafirnya Syiah Rofidhoh!" (Hubungan Syiah dengan Ikhwanul Muslimin)

Syiah Rofidhoh adalah kelompok yang menolak kekhilafahan Abu Bakr, Umar bin Al-Khotthob dan Utsman bin ‘Affan dengan tameng cinta palsu kepada Ali bin Abi Tholib dan ahlul bait Nabi shollallahu 'alaihi wasallam.

Syiah dalam sejarah perjalanannya terpecah menjadi banyak sekte yang sangat fanatik dan saling mengkafirkan satu sama lain. Penyebabnya karena mengandalkan logika dalam beragama. Namun sekte Syiah yang  paling dominan saat ini adalah Syiah Rofidhoh, atau yang dikenal dengan istilah "Syiah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah" yang mengkultuskan 12 Imam.

Kelompok Syiah Rofidhoh dianggap sesat oleh para Ulama karena i'tiqod (keyakinan) mereka bahwa Allah tidak menjaga kesucian Al-Qur’an. Mereka meyakini Al-Qur’an telah diubah oleh tangan-tangan kotor seperti perubahan yang terjadi pada kitab Taurot dan Injil. Keyakinan sesat ini telah dibantah oleh Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr ayat ke 9 bahwa Al-Qur’an tidak akan pernah berubah sampai hari Kiamat.

Syiah mengkafirkan orang-orang yang dipuji oleh Allah yaitu para shohabat Nabi kecuali segelintir saja. Syiah juga berlaku ghuluw (melampaui batas) terhadap Ali bin Abi Tholib dan keluarganya sampai meyakini Ali sebagai titisan Allah yang berhak disembah dan Ali telah mengingkarinya.

Masih banyak lagi keyakinan Syiah yang sesat dan kufur seperti keyakinan al-bada' (ada hal-hal yang tersembunyi dari Allah), mengklaim para Ulama mereka lebih tinggi kedudukannya dari para nabi dan para malaikat, menghalalkan nikah mut'ah, menghalalkan dusta yang semua itu membuktikan bahwa Syiah rofidhoh kelompok yang berada di luar Islam.

Berikut ini kami nukil fatwa-fatwa para Ulama Ahlussunnah terdahulu yang lebih kokoh keilmuannya maupun ketaqwaannya serta lebih pantas dijadikan rujukan dalam mengkaji aliran-aliran sesat, ketimbang omongan-omongan orang belakangan yang diulamakan, dianggap agamawan ataupun cendekiawan Islam.

Allah ta’ala berfirman:


محمد رسول الله والذين معه أشداء على الكفار رحماء بينهم تراهم ركعاً سجداً يبتغون فضلاً من الله و رضواناً سيماهم في وجوههم من أثر السجود ذلك مثلهم في التوراة و مثلهم في الإنجيل كزرع أخرج شطئه فآزره فاستغلظ فاستوى على سوقه يعجب الزراع ليغيظ بهم الكفار

“Muhammad itu adalah Rosulullah (utusan Allah) dan orang-orang yang bersamanya (yakni para Shohabat) bersikap keras terhadap orang-orang kafir, namun saling berkasih sayang di antara mereka. Engkau melihat mereka ruku’ dan sujud demi mencari karunia Allah serta keridhaan dari-Nya. Tanda-tanda mereka nampak pada wajah dari bekas sujud mereka. Demikianlah sesungguhnya sifat-sifat mereka yang diceritakan dalam Taurat maupun Injil. Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, sehingga tunas itu menjadi tanaman yang kuat lalu menjadi besarlah ia dan tegak menjulang di atas pokoknya. Tanaman itu menyenangkan hati para penanamnya, karena Allah hendak membuat jengkel hati orang-orang kafir (dengan kekuatan para Shohabat)” (Al-Fath: 29)

Mengomentari ayat ini, Al-Imam Malik tegas mengatakan


بتكفير الروافض الذين يبغضون الصحابة رضي الله عنهم قال : لأنهم يغيظونهم ومن غاظ الصحابة رضي الله عنهم فهو كافر لهذه الآية ووافقه طائفة من العلماء على ذلك

"Kafirnya orang-orang Syiah Rofidhoh disebabkan kebencian mereka terhadap para Shohabat Nabi rodhiyallahu ‘anhum. Para Shohabat telah membuat jengkel hati-hati mereka, maka barangsiapa yang jengkel hatinya terhadap para Shohabat sungguh ia telah kafir berdasarkan ayat ini. Dan sekelompok Ulama telah bersepakat dalam masalah ini. (Tafsir Ibnu Katsir 4/219)

Al-Imam Asy-Syafii (wafat 204 H) berkata:


لم أر أحداً من أصحاب الأهواء أكذب في الدعوى ولا أشهد بالزور من الرافضة

“Tidaklah aku melihat seorangpun dari pengekor hawa nafsu yang paling dusta dalam pengakuan serta paling palsu dalam persaksian melebihi Syiah Rofidhoh.” (Riwayat Ibnu Batthoh dalam Al-Ibanatul Kubro 2/545. Al-Imam Al-Lalaka’i dalam Syarh Ushul I’tiqod Ahlissunnah 8/457)

Al-Imam Muhammad bin Yusuf Al-Firyabi (wafat 212 H) berkata:


ما أرى الرافضة والجهمية إلا زنادقــة

"Tidaklah aku melihat Syiah Rofidhoh dan Jahmiyyah melainkan sebagai jelmaan kelompok zindiq (kufur).” (Riwayat Al-Imam Al-Lalaka’i dalam Syarh Ushul I’tiqod Ahlissunnah 8/457)

Al-Imam Abu ‘Ubaid Al-Qoshim bin Sallam (wafat 224 H) berkata:


فما رأيت أوسخ وسخاً ولا أقذر قذراً ولا أضعف حجة ولا أحمق من الرافضة

"Tidaklah aku melihat kotoran yang paling kotor, najis yang paling najis, hujjah yang paling lemah, dan orang yang paling dungu melebihi Syiah Rofidhoh.” (As-Sunnah karya Al-Khollal 1/499)

Al-Imam Ahmad bin Yunus (wafat 227 H) berkata:


إنا لا نأكل ذبيحة رجل رافضي فإنه عندي مرتد

“Sesungguhnya kami tidak makan sembelihan dari orang Syiah Rofidhoh, karena menurutku mereka telah murtad.” (Riwayat Al-Imam Al-Lalika’i dalam Syarh Ushul I’tiqod Ahlissunnah 8/459)

Dari Abdullah bin Ahmad, ia berkata, aku bertanya kepada ayah (yakni Al-Imam Ahmad bin Hanbal - wafat 241 H) tentang seseorang yang mencela salah seorang dari Shohabat Nabi, maka beliau menjawab:


ما أراه على الإسلام

"Aku tidak menganggapnya sebagai seorang muslim.” (As-Sunnah karya Al-Khollal 1/493)

Al-Imam Al-Bukhori (wafat 256 H) berkata:


ما أبالي صليت خلف الجهمي والرافضي أم صليت خلف اليهود والنصارى ولا يسلم عليهم ولا يعادون ولا يناكحون ولا يشهدون ولا تؤكل ذبائحهم

“Aku sholat di belakang seorang Jahmi atau seorang Syii Rofidhi sama seperti aku sholat di belakang seorang Yahudi ataupun Nashoro. Tidak boleh mengucapkan salam atas mereka, membantu, menikahkan, memberi kesaksian serta memakan dari sembelihan mereka.” (Kholqu Af’alil ‘Ibad hal. 125)

Al-Imam Abu Hatim dan Abu Zur’ah Ar-Rozi (wafat 264 H) berkata:


وإن الجهمية كفار وإن الرافضة رفضوا الإسلام

“Jahmiyyah itu kuffar dan Syiah Rofidhoh menolak Islam.” (Riwayat Al-Imam Al-Lalaka’i dalam Syarh Ushul I’tiqod Ahlissunnah 1/178)

Abu Hamid Al-Ghozzali (wafat 505 H) berkata: 


ولأجل قصور فهم الروافض عنه ارتكبوا البداء ونقلوا عن علي رضي الله عنه أنه كان لا يخبر عن الغيب مخافة أن يبدو له تعالى فيه فيغيره ، وحكوا عن جعفر بن محمد أنه قال : ما بدا لله شيء وهذا هو الكفر الصريح ونسبة الإله تعالى إلى الجهل

“Karena kedangkalan pemahaman Syiah Rofidhoh dalam memahami Islam, akhirnya mereka pun merekayasa aqidah Al-Bada’. Mereka (mengklaim) meriwayatkan dari Ali rodhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau tidak mau menceritakan hal yang ghoib, karena khawatir diketahui oleh Allah, sehingga Allah akan mengubahnya. Mereka juga (mengklaim) meriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad, bahwa ia berkata, “Allah tidak mengetahui apa yang akan terjadi.” Hal ini jelas kekafiran yang nyata, karena menganggap Allah itu jahil (bodoh tentang masa yang akan datang)." (Al-Mustashfa 1/110)

Al-Hafidzh Ibnu Katsir Al-Qurosyi Asy-Syafii (wafat 774 H) berkata:


ولكنهم طائفة مخذولة وفرقة مرذولة يتمسكون بالمتشابه ويتركون الأمور المحكمة المقدرة عند أئمة الإسلام

“Mereka Syi’ah Rofidhoh adalah kelompok hina dan rendahan, mereka berpegang dengan dalil-dalil yang samar dan meninggalkan perkara yang jelas dan gamblang menurut para Ulama Islam.” (Al-Bidayah wan Nihayah 5/251)

Demikian fatwa para Ulama Sunnah dari masa ke masa yang tegas mengatakan kafirnya Syi'ah Rofidhoh. Akan tetapi masih saja ada kelompok-kelompok hizbiyyah seperti "Ikhwanul Muslimin" mengklaim Syiah Rofidhoh termasuk saudara sesama Muslim yang berhak diberi wala' (loyalitas).

Memang hubungan mesra antara kelompok Ikhwanul Muslimin dengan Syiah sudah terjalin sejak lama. Bahkan pendiri kelompok Ikhwanul Muslimin yaitu Hasan Al-Banna telah berusaha mendamaikan sunnah dengan Syiah semata-mata demi kepentingan politiknya. (Limadza Ughtila Hasan Al-Banna hal. 32) 

Begitupula dengan tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin generasi setelahnya seperti Umar Tilmisani mursyid ketiga setelah Hasan Al-Banna (Zikriyyat Laa Mudzakkirot hal. 243) 

Salman Al-'Audah (Saudi), Kholid Misy'al (Hamas Palestina) yang menaruh karangan bunga di kuburan Khumaini dan menganggapnya sebagai "Bapak Rohani", mereka semua berloyalitas dengan Syiah Rofidhoh dan mengaburkan al-haq demi kepentingan politik.

Semoga Allah senantiasa menunjukkan kepada kita al-haq sebagai al-haq dan memberi tawfiq kepada kita untuk mengikutinya, dan menunjukkan al-batil sebagai al-batil dan memberi tawfiq kepada kita untuk menjauhinya.
____________

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar