Jumat, 11 Desember 2015

Antara Ulama Sunnah (Ibnul 'Arobi) dengan Tokoh Shufi Ekstrim (Ibnu 'Arobi)

Ana pernah baca sebuah tulisan yang isinya banyak menukil keterangan Ibnul Arabi dan merujuk kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits dengan pemahaman Salaf. Tapi di tulisan yang lain Ibnul Arabi dikatakan sesat oleh para Ulama karena memiliki pemahaman yang berbahaya yang benarnya bagaimana Ustadz?

Jawab: Sesungguhnya ada dua tokoh yang berbeda dan saling bertolak belakang antara satu dengan yang lainnya. Tokoh yang pertama adalah Al-Imam Al-‘Allamah Al-Hafidzh Al-Qodhi Abu Bakr Muhammad bin Abdillah bin Muhammad bin Abdillah Ibnul ‘Arobi Al-Andalusi Al-Isybili  Al-Maliki. Lebih masyhur dengan sebutan Abu Bakr Ibnul ‘Arobi. Beliau seorang Ulama Ahlussunnah yang wafat di daerah bernama Fas tahun 543 Hijriyah. (Siyar A’lamin Nubala’ 20/203)

Al-'Allamah Shiddiq Hasan Khon berkata, “Ibnul ‘Arobi adalah imam dalam bidang ushul dan furu’, beliau menyimak dan belajar fiqh dan ushul, menduduki kursi nasehat dan tafsir, menyusun karya tulis dalam banyak disiplin ilmu, konsisten dalam beramar ma’ruf nahi munkar sehingga acapkali diteror. Sebab itulah kitab-kitab beliau dan hartanya banyak yang hilang. Namun beliau menghadapi ujian itu semua dengan kesabaran.” (At-Tajul Mukallal hal. 280)

Di antara karya tulis Al-Imam Abu Bakr Ibnul 'Arobi adalah “'Aridhotul Ahwadzi fi Syarh Jami’ Abi ‘Isa At-Tirmidzi”, “Kawkabul Hadits wal Musalsalat”, “Al-Mahshul fil Ushul”, “Al-Ashnaf”, “Tartibur Rihlah lit Targhib fil Millah”, “Al-Fiqhul Ashghor" (Siyar A’lamin Nubala’ 20/199). Selain itu, “Ahkamul Qur’an”, “Qonunut Ta’wil”, “An-Nasikh wal Mansukh”, “Al-‘Awashim minal Qowashim”, dan masih banyak lagi. Semoga Allah merahmati beliau.

Adapun orang yang kedua adalah Muhyiddin Abu Bakr Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad bin Ahmad At-Tho’i Al-Hatimi Al-Mursi Ibnu ‘Arobi seorang tokoh Shufi ekstrim. Lebih dikenal dengan sebutan Muhyiddin Ibnu ‘Arobi. Ia dimakamkan di Damaskus dan wafat pada tahun 638 Hijriyah (Siyar A’lamin Nubala’ 33/48)

Ibnu ‘Arabi divonis sesat oleh para Ulama karena mengusung pemahaman “Wihdatul Wujud”. Yaitu menetapkan semua yang ada ini (berwujud) adalah satu pada hakikatnya. Artinya semua yang kita lihat merupakan Dzat Allah ta'ala. Pemahaman ini sesungguhnya tidak berbeda dengan Animisme yang meyakini unsur-unsur alam sebagai Tuhan. Hanya saja pemahaman “Wihdatul Wujud” ini dipoles dengan atribut-atribut syariat seperti zuhud dan waro’ sehingga diklaim sebagai ajaran Islam.

Berangkat dari pemahaman yang sesat inilah Ibnu ‘Arobi menganggap Fir’aun mati dalam keadaan beriman dan dia memujinya. Ibnu 'Arobi juga mencaci Nabi Harun karena mengingkari kaumnya yang menyembah anak sapi. Dia juga mengatakan bahwa orang-orang Nashroni adalah orang-orang kafir karena mereka mengkhususkan ‘Isa ‘alaihissalam sebagai Tuhan. Seandainya mereka menjadikan Tuhan itu umum pada segala sesuatu, maka mereka tidak menjadi kafir. (Haqiqotus Shufiyah fi Dhou’il Kitab was Sunnah oleh Syaikh DR. Muhammad bin Robi' bin Hadi Al-Madkholi -hafidzhohullah-)

Keyakinan Ibnu ‘Arobi yang nyeleneh itu tertuang dalam kitabnya yang kontroversial berjudul, "Fushusul Hikam". Di sana dia mengatakan:


إن الذين عبدوا العجل ما عبدوا غير الله

“Orang-orang yang menyembah anak sapi, sesungguhnya mereka tidaklah menyembah kepada selain Allah.” (Fushushul Hikam hal. 192)

Jadi orang-orang yang dipuji oleh Allah dan Rosul-Nya, dia rendahkan dengan penuh pengingkaran. Sementara orang-orang yang dimurkai Allah dan Rosul-Nya justru dia puji berlebihan dan diklaim beriman.

Kendati demikian, Al-Imam Adz-Dzahabi mencatat, bahwa sebelum kematiannya Ibnu ‘Arobi sempat ruju’ dari berbagai tulisannya yang sarat kekufuran. (Tarikhul Islam 46/380 dan Siyar A’lamin Nubala' 23/49)

Namun para Ulama tidak berdiam diri melupakan pemikiran Ibnu ‘Arobi yang sesat dan telah tersebarluas di tengah-tengah kaum Muslimin. Di antara para Ulama yang kokoh hujjahnya dalam membantah pemikiran Ibnu 'Arobi adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam “Majmu’ Fatawa” beliau, dan Al-‘Allamah Burhanuddin Al-Biqo'i (wafat tahun 885 H) dalam “Tanbihul Ghobi ilaa Tafkir Ibni ‘Arobi”, dan kitab “Tahdzirul ‘Ibad min Ahli ‘Inad Bibid’atil Ittihad”, wa billahit tawfiq.

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar