Kamis, 19 November 2015

Cinta Bukan Sekedar Pengakuan

Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده والناس اجمعين

“Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian hingga aku lebih dicintai daripada orang tuanya, anaknya, dan manusia seluruhnya.” (HR. Al-Bukhori 15 dan Muslim 44)

Al-Hafidzh Ibnu Hajar Al-'Asqolani menjelaskan, "Tidaklah beriman di sini maknanya tidaklah beriman dengan keimanan yang sempurna." (Fat-hul Bari)

Syaikh Al-'Allamah Abdurrohman bin Hasan Alu Syaikh berkata, "Tidaklah beriman dengan keimanan yang wajib, yakni keimanan yang sempurna, hingga dia mencintai diri beliau lebih dari orangtuanya, anaknya, manusia seluruhnya. Bahkan keimanan yang wajib itu tidak akan terealisasi hingga dia lebih mencintai Rosulullah ketimbang dirinya sendiri." (Fat-hul Majid hal. 285)

Hal ini pernah dialami salah seorang shohabat Nabi yaitu Umar bin Al-Khotthob, beliau berkata:

يا رسول الله ، لأنت أحب إلي من كل شيء ، إلا من نفسي فقال النبي صلى الله عليه وسلم : ( لا والذي نفسي بيده حتى أكون أحب إليك من نفسك ) فقال له عمر : فإنه الآن والله لأنت أحب إلي من نفسي . فقال النبي صلى الله عليه وسلم : الآن يا عمر 

”Wahai Rosulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku sendiri." Lalu Nabi shollallahu ’alaihi wasallam bersabda, ”Tidak! demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku harus lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.” Kemudian Umar berkata, ”Sekarang demi Allah engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Kemudian Nabi shollallahu ’alaihi wasallam berkata, ”Sekarang wahai Umar (telah sempurna imanmu)." (HR. Al-Bukhori 6257)

Syaikh Al-'Allamah Sulaiman bin Abdillah Alu Syaikh menjelaskan:

وأكثر الناس يدعي أن الرسول صلى الله عليه وسلم أحب إليه مما ذكر فلابد من تصديق ذلك بالعمل والمتابعة له وإلاَّ فالمدَّعي كاذب ، فإن القرآن بين أن المحبة التي في القلب تستلزم العمل الظاهر بحسبها كما قال تعالى: " قل إن كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله ويغفر لكم ذنوبكم "

"Dan mayoritas orang mengaku cinta kepada Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam lebih dari siapapun. Tentu pengakuan itu haruslah dibuktikan dengan "tashdiq" (pembenaran) dengan amal dan meneladani beliau, jika tidak maka itu hanyalah pengakuan dusta. Karena Al-Qur'an menegaskan bahwa kecintaan dalam hati mengonsekuensikan amalan secara lahir. Sebagaimana firman Allah, "Katakanlah hai Muhammad, "Jika kalian benar-benar mencintai Allah maka ikutilah aku, maka Allah akan menyintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian." (Taisirul 'Azizil Hamid hal. 832)

Dengan demikian, bukti kecintaan kita kepada Nabi shollallahu 'alaihi wasallam adalah dengan meneladani beliau, mendahulukan hukum beliau, mengikuti sunnah (ajaran) beliau secara lahir maupun batin, serta tidak menyelisihi ajaran beliau dengan melakukan kebid'ahan ataupun melecehkannya. Karena hal itu dapat merusak kualitas syahadat tho'ah kita yaitu syahadat "Muhammad Rosulullah".

Para Ulama juga telah mengingatkan:

ليس الشأن أن تحب إنما الشأن أن تحب

"Perkaranya bukan bagaimana engkau menyinta, tetapi yang paling penting bagaimana supaya engkau dicinta." (Tafsir Ibnu Katsir 1/340)

Hal itu lantaran banyak orang yang mengaku cinta Nabi shollallahu 'alaihi wasallam namun ketika sampai di akhirat ternyata beliau berlepas diri darinya, wal-'iyadzubillah.
_____________

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar