Jumat, 09 Oktober 2015

Tafsir "Al-Hamdu" الحمد


Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin berkata:


الحمد وصف المحمود بالكمال مع المحبة، والتعظيم؛ الكمال الذاتي، والوصفي، والفعلي؛ فهو كامل في ذاته، وصفاته، وأفعاله؛ ولا بد من قيد وهو “المحبة، والتعظيم” ؛ قال أهل العلم: “لأن مجرد وصفه بالكمال بدون محبة، ولا تعظيم: لا يسمى حمداً؛ وإنما يسمى مدحاً”؛

"Al-hamd (pujian) merupakan sifat terpuji yang disertai kesempurnaan, kecintaan dan pengagungan. Yakni kesempurnaan dzat, sifat dan perbuatan. Allah Mahasempurna dalam Dzat-Nya, sifat-sifat-Nya serta perbuatan-perbuatan-Nya. Dan pujian di sini haruslah diikat dengan kecintaan dan pengagungan. Para ulama menyampaikan, “Jika hanya menyifati-Nya dengan kesempurnaan tanpa disertai kecintaan dan pengagungan, maka yang demikian itu tidaklah dinamakan "hamdan" tetapi hanya dinamakan "madhan".

ولهذا يقع من إنسان لا يحب الممدوح؛ لكنه يريد أن ينال منه شيئاً؛ تجد بعض الشعراء يقف أمام الأمراء، ثم يأتي لهم بأوصاف عظيمة لا محبة فيهم؛ ولكن محبة في المال الذي يعطونه، أو خوفاً  منهم؛ ولكن حمدنا لربنا عزّ وجلّ حمدَ محبةٍ، وتعظيمٍ؛ فلذلك صار لا بد من القيد في الحمدَ أنه وصف المحمود بالكمال مع المحبة، والتعظيم؛ و “أل” في { الحمد } للاستغراق: أي استغراق جميع المحامد

Sebab itu ada manusia yang tidak mencintai orang yang dipujinya, tetapi semata-mata karena ingin mendapatkan sesuatu darinya. Engkau lihat para penyair yang berdiri di hadapan para penguasa, ketika ia menyampaikan beberapa sifat yang agung untuk mereka tanpa kecintaan dalam dirinya, akan tetapi semata-mata karena rasa cinta mereka kepada harta yang akan diberikan atau rasa takutnya kepada para penguasa itu.

Namun kita memuji Rabb ‘azza wa jalla dengan pujian yang diliputi rasa cinta dan pengagungan. Oleh sebab itulah menjadi suatu keharusan adanya ikatan dalam pujian yakni dengan kesempurnaan, rasa cinta dan pengagungan. Adapun "al" pada kata "al-hamdu" itu sebagai bentuk "istighraq" (cakupan) yakni mencakup segala macam pujian." (Tafsirul Qur'anil Karim Juz 'Amma)

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar