Sabtu, 05 September 2015

Menolak Hadits Shohih Menolak Al-Qur'an!

Orang-orang yang menolak hadits shohih sebagai hujjah, seperti hadits-hadits yang terdapat dalam Shohih Al-Bukhori atau Shohih Muslim, dengan alasan kitab-kitab hadits baru muncul 200 tahun sepeninggal Nabi, pada hakikatnya sama seperti menolak keabsahan Al-Qur'an. Karena metode periwayatan hadits tidak berbeda dengan metode periwayatan Al-Qur'an yaitu melalui sanad. 

Al-Qur'an telah diriwayatkan kepada kita oleh para perowi dengan sanad yang mutawatir. Begitu pula hadits-hadits Nabi shollallahu 'alaihi wasallam diriwayatkan kepada kita melalui sanad-sanad yang shohihah. Biografi para perowi hadits tersusun rapi dalam banyak kitab tarjumah dan Al-Jarh wat Ta'dil, sehingga siapapun dapat meneliti mana rowi yang terpercaya dan mana yang pendusta, mana hadits yang shohih dan yang palsu. Semua itu bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiyyah berdasarkan metodologi yang diajarkan oleh Allah dan Rosul-Nya.

Tidak seperti kitab-kitab rujukan kalangan Syiah yang hanya bermodalkan klaim, "Riwayatkanlah ini, karena ini adalah kebenaran!" tanpa  melihat sanadnya seperti yang diakui sendiri oleh Al-Hurrul 'Amili salah seorang tokoh Syiah. Padahal kedudukan sanad dalam ilmu hadits sangatlah penting, jika tidak, manusia akan seenaknya mencatut nama Nabi shollallahu 'alaihi wasallam.

Abdullah bin Al-Mubarok berkata, "Bagiku sanad bagian dari agama. Jika tak ada sanad maka orang akan berkata sesuka hatinya!" (Shohih Muslim)

Maka orang yang hanya merujuk kepada Al-Qur'an saja tanpa menoleh hadits sejatinya adalah bentuk lain dari  penyembahan hawa nafsu. Mereka menerjemahkan Al-Qur'an dengan hawa nafsunya. Sebab Al-Qur'an turun kepada Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam, tentu beliau pihak yang paling mengerti tentang apa yang dimaukan oleh Allah dalam Al-Qur'an. Allah berfirman:

“Tidakkah engkau melihat keadaan orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahan yang sangat ditaati dan Allah sesatkan orang yang demikian ini di atas ilmu (yakni dia sesat dalam keadaan mengerti bahwa jalan tersebut adalah menyimpang dari kebenaran) dan Allah tutup pendengarannya (sehingga tidak bermanfaat baginya mendengar nasihat yang mengajak dia untuk kembali kepada kebenaran) dan juga Allah tutup hatinya dan pengelihatannya dengan tabir penutup. Maka siapa lagi yang akan menunjukki orang yang telah Allah sesatkan? Tidakkah kalian mau ingat.” (Al-Jatsiyah: 23)

Mereka adalah Qur'aniyyun (kelompok ingkarussunnah). Para Ulama telah sepakat atas kekafiran mereka. Al-Imam Ibnu Hazm Adz-Dzhohiri menegaskan, "Jika ada orang yang berkata, "Kami tidak mau mengambil kecuali yang terdapat dalam Al-Qur'an saja!" maka dia telah kafir berdasarkan ijma' Ulama." (Al-Ihkam Fi Ushulil Ahkam 2/208)

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar