Sabtu, 05 September 2015

Mengenal Sosok Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab (Wahhabi??)

Telah menjadi sunnatullah yang berlaku di antara hamba-Nya bahwa perjuangan dakwah kepada agama Allah tidak selalu berjalan mulus tanpa hambatan. Tetapi jalan dakwah ini diliputi oleh aral melintang dan kerikil-kerikil tajam bahkan mengancam keselamatan jiwa seseorang. 

Oleh sebab itu orang yang berlaga di medan dakwah ini tidak cukup hanya mengandalkan ilmu yang dimilikinya. Tetapi juga harus melengkapinya dengan keberanian dan siap menghadapi segala tantangan dari para begundal yang ingin memadamkan cahaya kebenaran. 

Dalam hal ini sebaik-baik teladan kaum Muslimin adalah para Rosul ‘alaihimussholatu wassalam. Mereka telah melewati berbagai macam gangguan dan perlawanan dari kaumnya sendiri. Allah berfirman:


 ولقد استهزئ برسل من قبلك فحاق بالذين سخروا منهم ما كانوا به يستهزئون 

“Dan sungguh telah diperolok-olok beberapa Rosul sebelummu, maka turunlah kepada orang-orang yang menghinakan itu balasan dari olok-olokan mereka.” (Al-An’am: 10)


 ولقد كذبت رسل من قبلك فصبروا على ما كذبوا وأوذوا حتى أتاهم نصرنا 

“Dan sesungguhnya telah didustakan pula Rosul-Rosul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan gangguan itu sehingga datang pertolongan Kami kepada mereka.” (Al-An’am: 34) 

Demikian pula jalan yang akan ditempuh oleh para Ulama dalam meniti jejak para Rosul, kelak mereka akan melalui banyak gangguan, tekanan, sesuai dengan kontribusinya dalam berdakwah kepada agama Allah. 

Termasuk Ulama yang kokoh dalam menempuh jalan ini adalah Syaikhul Islam Muhammad bin Abdil Wahhab. Gangguan dan perlawanan datang silih berganti tatkala beliau menjalani perjuangan dakwahnya mengajak kembali kepada kemurnian Al-Qur’an was Sunnah sebagaimana yang dipahami oleh para Shohabat. Bahkan sepeninggal beliau lontaran fitnah dan tuduhan-tuduhan keji terus mencuat seakan tak ada habisnya.

Berikut ini kami akan ketengahkan tentang siapa sebetulnya sosok Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab? Bagaimana pemahamannya? Dan apa kontribusi beliau terhadap Islam?

NASAB SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDIL WAHHAB 

Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Abdil Wahhab bin Sulaiman bin ‘Ali At-Tamimi. Lahir pada tahun 1115 Hijriah dan wafat pada tahun 1206 Hijriah. Beliau berasal dari kabilah Bani Tamim. Dimana Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam tengah mengabarkan bahwa Bani Tamim adalah kabilah Arab yang paling keras permusuhannya terhadap Dajjal sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan Al-Bukhori dalam shohihnya nomor 2543. (Manhaj Syaikhil Islam Muhammad bin Abdil Wahhab hal. 3)

Kandungan hadits tersebut juga memberi faidah bahwa kabilah Bani Tamim akan tetap ada sampai akhir jaman. Dalam hal ini telah kita ketahui bersama bahwa Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab, anak-anak beliau, cucu-cucu beliau serta murid-muridnya adalah pihak yang paling keras permusuhannya terhadap para Dajjal (para pendusta) dan tokoh-tokoh kebatilan yang bermunculan saat itu. (Idem hal.4) 

SEORANG ULAMA MUJADDID (PEMBAHARU) 

Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab termasuk Ulama mujaddid (pembaharu) yang Allah munculkan di abad ke 12 hijriyyah demi menegakkan agama Allah. Beliau berjuang keras menolong kebenaran dan ahlinya. Hal ini adalah karunia yang Allah berikan kepada hamba-Nya, khususnya bagi mereka yang berada di wilayah jazirah Arab. Sebab di masa-masa sebelumnya negeri Yamamah didominasi oleh berbagai macam kesyirikan, kebid’ahan, bak jamur di musim hujan. 

Manusia banyak yang terfitnah keyakinannya oleh para penghuni kubur. Mereka berdoa dengan harap dan cemas memohon agar hajat mereka dikabulkan oleh para penghuni kubur yang mereka ibadahi tersebut. Hal ini jelas kesyirikan yang nyata. Namun kemudian Allah munculkan Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab untuk mempelopori ajaran tauhid serta memperbaharui aqidah kaum Muslimin yang sebelumnya telah terkotori oleh polusi-polusi kemusyrikan dan penyelisihan dari sunnah Nabi shollallahu 'alaihi wasallam. (Idem hal. 5) 

LANDASAN DAKWAH SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDIL WAHHAB 

Dakwah beliau dibangun di atas dasar Al-Qur’an was Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafussholih dari kalangan Shohabat Nabi, Tabi’in serta orang-orang yang mengikuti mereka di atas kebaikan. (Idem hal. 5)

Jika kita cermati pada awal-awal pembahasan kitab beliau yang berjudul “Ats-Tsalatsatul Ushul”, beliau menukil keterangan Al-Imam Asy-Syafii dalam mengomentari surat “Wal-‘Ashr”. Hal itu menjadi bukti nyata bahwa dakwah yang beliau seru tidaklah mendatangkan sesuatu yang baru yang tidak ada asal usulnya dari Ulama Salaf. Oleh sebab itu, penyematan gelar “Wahhabiyyah” terhadap dakwah beliau itu sebetulnya tidak realistis. Karena penisbatan nama tertentu atau istilah tertentu terhadap seseorang dari suatu gerakan dakwah, hanyalah diberikan kepada mereka yang meletakkan aturan-aturan baru yang tidak ada asal usulnya dalam agama. Maka gelar “Wahhabiyyah” pada hakikatnya memang sengaja dimunculkan oleh pihak-pihak yang tidak berjalan di atas "Shirothol mustaqim", dalam rangka membuat orang lari dari prinsip tauhid dan Sunnah Nabi seperti yang diperjuangkan oleh Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab. 

MASLAHAT DAKWAH SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDIL WAHHAB 

Di antara maslahat dakwah yang diperjuangkan oleh Syaikh ialah tegaknya daulah Saudi Arabia. Dimana konstitusi hukumnya mengacu kepada Al-Qur’an was Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafussholih. Dulu Muhammad bin Su’ud membantu Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dalam perjuangan dakwahnya. Muhammad bin Su’ud juga menunjukkan kesungguhannya dalam menegakkan hukum Allah ketika ia menjalankan kepemimpinannya. Dan daulah ini -walhamdulillah- telah berjalan semenjak 3 abad yang lalu. Semoga hal ini akan terus berlangsung sampai waktu yang Allah tentukan. Itu semua tiada lain berkat hidayah dan tawfiq dari Allah. 

Daulah Saudi Arabia juga memiliki perhatian yang khusus terhadap ilmu, para Ulama dan para tholabatul ‘ilmi (penuntut ilmu). Hal itu dipelopori langsung oleh anak-anak keturunan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab serta murid-murid beliau. (Idem hal. 6) 

NAJD TEMPAT MUNCULNYA TANDUK SYAITHON 

Orang-orang yang hasad terhadap dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab mengolah sebagian hadits yang bercerita tentang fitnah dan munculnya tanduk syaithon lalu mengait-ngaitkannya dengan negeri Yamamah, atau yang sekarang dikenal dengan nama Najd (Negeri Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab). Hal itu sebagai upaya untuk menghalang-halangi manusia dari dakwah yang penuh berkah ini. Dakwah yang mengajak kembali kepada kemurnian Al-Qur’an was Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafussholih. Para Ulama Ahli Hadits menegaskan, bahwa wilayah Najd yang dimaksud tempat munculnya tanduk syaithon maupun fitnah dan kerusakan itu adalah wilayah Irak, bukan Yamamah. 

Al-Hafidzh Ibnu Hajar Al-‘Asqolani telah menjelaskan riwayat ini dalam “Fat-hul Bari” 13/47, Al-Imam An-Nawawi dalam “Syarh Shohih Muslim” 2/34, serta Al-Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam “Silsilah Ash-Shohihah” 2246. (Idem hal. 8)

Maka klaim tanduk syaithon terhadap Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dan menuding beliau sebagai sumber fitnah dan kerusakan hanyalah tuduhan yang mengada-ngada. 

MATA-MATA INGGRIS UNTUK MEMECAH BELAH KAUM MUSLIMIN 

Ini adalah kezaliman berikutnya yang dialamatkan kepada Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab. Isu yang mengatakan beliau sebagai pengkhianat atau mata-mata Inggris adalah tuduhan yang mengada-ngada dan telah diingkari oleh para peneliti maupun para pakar dari berbagai kalangan. Semua itu hanyalah rekayasa sejarah yang diciptakan oleh tangan-tangan kotor yang tidak bertanggungjawab.

Konon seorang tokoh misterius yang bernama Hemfer menulis sebuah diary yang berisi tentang jati diri Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab sebagai mata-mata kuffar atau agen orang kafir. Faktanya, naskah asli diary tersebut sampai saat ini tidak bisa dibuktikan dimana keberadaannya. Begitu pula sosok Hemfer yang penuh misteri juga tidak diketahui identitasnya. 

Sebetulnya masih banyak lagi keganjilan-keganjilan lain yang belum kami singgung di sini. Namun masih saja ada sebagian orang yang begitu mudah termakan isu-isu murahan sehingga mengabaikan sikap adil dan ilmiyyah dalam menyoroti suatu masalah. Padahal sikap adil dan ilmiyyah inilah yang menjadi inti penegakkan syariat. Allah berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kalian saksi yang adil karena Allah. Dan janganlah kebencian kalian terhadap suatu kaum menghalangi kalian berlaku adil. Berlaku adillah, karena perbuatan adil itu lebih dekat kepada taqwa.” (Al-Ma’idah: 8)

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar