Sabtu, 05 September 2015

Bangkit di Hari Kiamat dalam Kondisi Buta

Allah berfirman:


وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا. قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى

“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh baginya kehidupan yang sempit (di dunia). Dan Kami akan membangkitkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia, “Wahai Rabbku, mengapa Engkau membangkitkan aku dalam keadaan buta, padahal dulunya aku  seorang yang melihat." Allah berkata, “Demikianlah, dulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu pula pada hari inipun kamu dilupakan.” (Thaha: 124-126) 

Al-Imam Ibnu Jarir At-Thabari menerangkan makna mereka lupa kepada Allah maka Allah melupakan mereka ialah, "Mereka meninggalkan ketaatan kepada Allah dan tidak mengikuti perintah-Nya. Maka Allah meninggalkan tawfiq-Nya, hidayah-Nya, dan rahmat-Nya atas mereka. Dan telah kami uraikan sebelumnya bahwa makna "An-Nisyan" (lupa) di sini adalah "At-Tark" (meninggalkan).” (Tafsir At-Thabari 14/339)

Al-Hafidzh Ibnu Katsir Asy-Syafi'i berkata, "Siapa saja yang menyelisihi perintah-Ku dan aturan syariat yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku, lalu dia berpaling darinya, melupakannya dan mengambil selain petunjuknya maka baginya kehidupan yang sempit di dunia. Dia tidak akan merasakan thuma'ninah (ketenangan hidup) dan kelapangan batin. Bahkan hatinya terasa sempit oleh sebab penyimpangan yang diperbuat. Sekalipun lahiriyah hidupnya nampak senang, berpakaian apa yang dia suka, makan dan bertempat tinggal yang dia maukan, namun hatinya kosong dari keyakinan dan petunjuk kebenaran, hatinya senantiasa diliputi oleh kegundahan, kebimbangan dan keraguan. Begitulah hakikat kehidupan yang sempit.” (Tafsir Ibnu Katsir 5/323)

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar