Senin, 14 September 2015

Ancaman Riya' dan Bahayanya (Nasehat Bagi Para Penuntut Ilmu, Pembaca Qur'an, Dermawan & Mujahid Fi Sabilillah)


Riya' adalah beribadah kepada Allah dengan niatan agar dilihat manusia atau menginginkan pujian. Riya' bisa terjadi di awal amalan, di pertengahan, atau di akhirnya. Riya' termasuk penyakit hati yang tersembunyi dan sulit terdeteksi oleh pelakunya kecuali orang-orang yang mendapatkan tawfiq dari Allah. Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يا أيها الناس اتقوا هذا الشرك فإنه أخفى من دبيب النمل

“Wahai sekalian manusia, takutlah kalian dari syirik ini (riya’), karena sesungguhnya dia lebih tersembunyi dari langkahnya semut.” (HR. Ahmad 32/384, At-Thobaroni dalam "Al-Awsath" 3479 - Syaikh Al-Albani dalam "Shohih At-Targhib wat Tarhib" 1/9 berkata, “Hasan lighoirih”)

Bahkan penyakit riya’ ini sangat dikhawatirkan oleh Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam menimpa para Shohabatnya meski keimanan mereka sudah tidak diragukan. Akan tetapi hal tersebut tidaklah menjamin mereka terbebas dari ancaman riya’. Sebagaimana sabda Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إن أخوف ما أخاف عليكم الشرك الأصغر قالوا وما الشرك الأصغر يا رسول الله قال الرياء

“Sesungguhnya yang paling aku takutkan dari apa yang aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Para Shohabat bertanya, “Wahai Rosulullah apa itu syirik kecil?” Beliau berkata, "Riya’"." (HR. Ahmad 39/39 - Syaikh Al-Albani dalam "Shohih At-Targhib wat Tarhib" 1/8 berkata, Shohih”)

Dikatakan kecil karena bandingannya dengan syirik besar. Dan penyebutan kecil di sini jangan diartikan sebagai sesuatu yang dianggap remeh. Para Ulama berkata, bahwa syirik kecil dapat menggugurkan amalan sholih yang seseorang berlaku riya’ padanya. Syirik kecil inilah yang menjadi wasilah (perantara) yang menjerumuskan pelakunya kepada syirik besar.

Termasuk perbuatan riya’ ini manakala seseorang meninggalkan amalan sholih karena manusia. Al-Fudhoil bin ‘Iyadh berkata, “Meninggalkan amalan karena manusia adalah riya’, sedangkan beramal karena manusia adalah syirik.”

Al-Imam An-Nawawi menjelaskan, "Bahwa orang yang telah bertekad untuk menunaikan suatu amalan namun kemudian dia tinggalkan karena takut dilihat orang, maka dia telah berbuat riya’. Hal itu lantaran meninggalkan amalannya karena manusia. Adapun jika dia meninggalkan amalannya karena ingin berkholwat (bersendirian) dengan Robb-nya, maka hukumnya sunnah. Kecuali dalam perkara ibadah yang wajib atau zakat yang wajib atau diketahui bahwa amalan ibadah tersebut akan dicontoh orang lain, maka terang-terangan dalam beribadah lebih utama.” (Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah hal. 13)

Sungguh Allah telah mencela perbuatan riya’ dalam banyak ayat dan menyematkannya sebagai perilaku orang-orang munafik. Allah berfirman:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

“Sesungguhnya orang-orang munafik hendak menipu Allah, tetapi Dia-lah yang (akan membalas) menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk sholat mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya’ di hadapan manusia. Dan mereka tidak berdzikir kepada Allah kecuali sedikit.” (An-Nisa': 142)

Allah berfirman:

وَالَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَمَنْ يَكُنِ الشَّيْطَانُ لَهُ قَرِينًا فَسَاءَ قَرِينًا

“Dan (juga) orang-orang yang menginfakkan hartanya karena riya’, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa menjadikan syaithon sebagai temannya, maka ketahuilah dia teman yang sangat jahat.” (An-Nisa': 38)

Nabi shollallahu 'alaihi wasallam juga menegaskan, bahwa pelaku riya' adalah pihak yang pertama kali diadili hitungan di hari kiamat:

"Sesungguhnya manusia yang pertama kali dihisab pada hari Kiamat ialah seseorang yang (lahiriyahnya) mati syahid. Lalu diperlihatkan kepadanya berbagai kenikmatan sehingga ia mengetahuinya. Allah bertanya, "Apa yang telah engkau amalkan di dunia? Dia menjawab, "Aku berperang di jalan Engkau ya Allah sehingga aku mati syahid." Allah berkata, "Engkau dusta! Sungguh engkau berperang bukan karena Aku, melainkan agar engkau disebut sebagai orang yang pemberani, dan engkau telah disebut pemberani." Kemudian diperintahkan agar diseret wajahnya dan dicampakkan ke dalam neraka. Didatangkan pula seseorang yang belajar ilmu dan mengajarkannya, serta membaca Al-Qur'an, lalu diperlihatkan kepadanya berbagai kenikmatan sehingga ia mengetahuinya. Allah bertanya, "Apa yang telah engkau perbuat?" Dia menjawab, "Aku telah belajar ilmu dan mengajarkannya, aku juga membaca Al-Qur’an karena Engkau." Allah berkata, "Engkau dusta! Akan tetapi engkau belajar ilmu dan mengajarkannya agar disebut 'aalim, dan membaca Al-Qur’an agar disebut qaari', dan engkau telah mendapatkannya." Kemudian diperintahkan agar diseret wajahnya dan dicampakkan ke dalam neraka. Dan seorang laki-laki yang di beri keluasan harta oleh Allah, kemudian dia menginfakkan hartanya semua, lalu diperlihatkan kepadanya berbagai kenikmatan sehingga ia mengetahuinya. Allah bertanya, "Apa yang telah engkau lakukan?" dia menjawab, "Aku tidak meninggalkannya sedikitpun melainkan aku infakkan harta tersebut di jalan Engkau.” Allah berkata, "Engkau dusta! Akan tetapi engkau lakukan semua itu agar dikatakan dermawan, dan engkau telah mendapatkannya." Kemudian diperintahkan agar diseret wajahnya dan dicampakkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim no. 1905)

Demikian bahaya riya' dan ancamannya di akhirat. Bila penyakit ini menjangkit pada hati seseorang maka akan merusak keikhlasan serta menjadi penghalang hubungan hamba dengan Robbnya. Sungguh malang nasib pelaku riya', dia mengabaikan pujian Allah namun bersusah payah demi mengharap pujian manusia.
___________

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar