Rabu, 08 Juli 2015

Salafy Hanya Syaikh Yahya Al-Hajuri?

Bismillah, ana ingin bertanya tentang sikap sebagian ikhwah yang menilai Syaikh Yahya Al-Hajuri berpemahaman Haddadiyyah dengan anggapan beliau saja yang Salafi?? Karena keterbatasan informasi mohon jawabannya ustadz, jazakumulloh khoir.
Jawab: Haddadiyyah adalah pemahaman bid'ah yang membabi buta dalam mentabdi' (memvonis orang sebagai ahli bid'ah) atau ghuluw (melampaui batas) dalam mentahdzir seseorang yang dianggap telah keluar dari kesalafiyyahannya. 

Pemahaman Haddadiyyah ini dibangun oleh Abu Abdillah Mahmud Al-Haddad yang semula aktif menyambangi majelisnya para Ulama tetapi kemudian menyimpang lantaran terjerumus dalam bid'ah takfiriyyah khowarij.

Kebalikan dari pemahaman Haddadiyyah adalah pemahaman Sururiyyah yang bermudah-mudahan menganggap si Fulan sebagai Ahlussunnah atau Salafy. Pemahaman ini dipelopori oleh Muhammad bin Surur. Karena sikap bermudah-mudahannya itu, dai-dai ahlul bid'ah diklaim sebagai Ahlussunnah dengan alasan banyaknya jasa dan kebaikan-kebaikan mereka terhadap umat. Padahal kebatilan yang mereka lakukan menyangkut prinsip, mengikuti hawa nafsu dan sama sekali tidak tergolong sebagai mujtahid.

Adapun manhaj Salaf Ahlussunnah wal Jama'ah dalam perkara tabdi' atau tahdzir dibangun di atas ilmu dan pemahaman yang benar, tidak berlaku ifroth (melampaui batas) dan tidak tafrith (bermudah-mudahan) dengan merujuk kepada bimbingan para Ulama. 

Perlu diketahui, manhaj Haddadiyyah dan Sururiyyah adalah dua model pemahaman hizbiyyah yang hingga saat ini membayang-bayangi dakwah Salafiyyah. Haddadiyyah sesungguhnya bentuk lain dari pemahaman bid'ah takfiriyyah khowarij, sedangkan Sururiyyah adalah bentuk lain dari pemahaman bid'ah Ikhwanul Muslimin. Tidak ada yang selamat dari dua model hizbiyyah ini kecuali orang yang diberi tawfiq oleh Allah.

Adapun Syaikh Yahya Al-Hajuri beliau adalah salah seorang Ulama Ahlussunnah di masa kini. Beliau yang menggantikan Syaikh Al-'Allamah Al-Muhaddits Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i. Tuduhan-tuduhan yang dialamatkan kepada Syaikh Yahya tidak sepenuhnya benar, bahkan beliau sendiri telah mengingkarinya. Syaikh Yahya berkata:

البلاد اليمنية فيها خير كثير من السلفيين وربي إي والله، اذهبوا إلى قرية من القرى أو مدينة من المدن ربما تجدون فيها مسجدا سلفيا، دعوة سلفية تقل و تكثر ما من بلد إلا و فيه خير وهذا خير والله لا يحقر يا شيخ -وفقك الله- هذا يصب مصب النعمة والفضل لله سبحانه وتعالى ثم لأهل السنة جميعا وأنت منهم،العلماء قبلك و بعدك، الباز، الألباني، العثيمين، الفوزان، العباد شيخنا رحمه الله، سائر أهل العلم، وسائر أهل السنة الدعاة إلى السلفية، هذه من ثمار دعوتهم، لا يحقر هذا الخير، ويقال ما إلا هذا وما فيه إلا هذا من أجل هذا التحريش

"Negeri Yaman di dalamnya ada banyak Salafiyyin, demi Robbku, demi Allah! Pergilah kalian ke satu desa dari desa-desa yang ada, atau satu kota dari kota-kota yang ada, maka kalian akan menjumpai masjid Salafy. Tidaklah dakwah Salafiyyah tersebar di suatu negeri baik sedikit maupun banyak, melainkan pasti ada kebaikan padanya. Demi Allah, ini adalah kebaikan, jangan dianggap remeh wahai Syaikh -semoga Allah memberi engkau tawfiq–. Ini adalah suatu kenikmatan, dan keutamaan hanya milik Allah subhaanahu wa ta'ala. Kemudian bagi Ahlussunnah seluruhnya, termasuk Anda (yakni Syaikh Robi' Al-Madkholi) di antara mereka. Baik Ulama yang datang sebelum Anda atau setelahnya, semisal bin Baz, Al-Albani, Al-Utsaimin, Al-Fawzan, Al-'Abbad, Syaikh kami semoga Allah merahmati beliau, dan seluruh para Ulama, seluruh Ahlussunnah yang menyeru kepada manhaj Salafiyyah, semua ini adalah buah dari dakwah mereka. Kebaikan ini janganlah dianggap remeh. Jika dikatakan, tidak ada kecuali ini dan tidak ada di dalamnya kecuali itu, semua itu diupayakan dalam rangka memecah belah!" (An-Nushhur Rofi' Lil Walid Al-'Allamah Asy-Syaikh Robi', bagian 2, hal. 17&18)

Syaikh Yahya juga mengingkari sebutan, "Pengikut-pengikut Yahya" (seperti Hajuriyyun maupun Hajawiroh), karena beliau menegaskan kita semua sesungguhnya pengikut Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam. (Idem, hal. 18)

Syaikh Yahya juga mengingkari sebutan, "Imam Ats-Tsaqolain" (imamnya manusia dan jin), ungkapan seperti itu bukan berasal dari Saya, dan Saya sama sekali tidak meyakininya. Ungkapan itu datang dari seorang penyair yang tergelincir lisannya dan ia telah ruju' dari ucapannya itu. Kami katakan bahkan Khowarij pun taubatnya diterima, "Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan dari kesalahan-kesalahan dan Dia Mahamengetahui apa yang kalian perbuat." Asy-Syuro: 25 (Idem, hal 15 & 19)

Adapun sebutan "An-Nashihul Amin" (penasehat yang terpercaya), maka kalimat itu berasal dari Syaikh Muqbil karena baik sangkanya beliau terhadap Saya. Sungguh segala pujian hanya bagi Allah semata. Semoga Allah memberi tawfiq kepada saya agar senantiasa menyampaikan nasehat kepada kaum Muslimin, dan saya memohon kepada Allah agar menjadi orang yang bisa dipercaya dalam mengemban amanah. Akan tetapi, saya tidak menyukai sikap berlebih-lebihan, saya sudah sering katakan, " Ya akhi! Hapuslah tulisan itu, Saya tidak mau dengan ungkapan seperti itu, Saya tidak menyukainya." Kendati demikian, istilah "An-Nashihul Amin" juga berasal dari para Ulama seperti Al-Hafidzh Ibnu Hajar Al-'Asqolani berkata, "Tidak boleh mena'bir mimpi kecuali dari orang yang 'alim, nashihun amin..", Abu Nu'aim dalam "Al-Hilyah" memuji At-Tustari dengan perkataannya, "Beliau seorang yang "Nashihan Aminan"." (Idem, hal. 16)

Dan masih banyak lagi tuduhan-tuduhan dan kesimpangsiuran yang disandarkan kepada beliau. Termasuk tuduhan menolak mendoakan rohmat atas wafatnya Syaikh Muhammad Al-Wushobi. Dan  Syaikh Yahya menyampaikan, bahwa semua sikap ghuluw (melampaui batas) jika terbukti ada pada beliau, maka beliau tidak segan-segan untuk meninggalkannya karena Allah. Siapapun orangnya maka wajib bagi dia untuk meninggalkannya.

Cukuplah perkataan Syaikh Al-'Allamah Al-Muhaddits Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i untuk mengenal siapa sebetulnya Syaikh Yahya Al-Hajuri:

فقد قرئ علي شطر رسالة ((السفر)) لأخينا في الله الشيخ الفاضل، التقي الزاهد، المحدث الفقيه أبي عبدالرحمن يحيى بن علي الحجوري حفظه الله

"Sungguh telah dibacakan kepada Saya (Syaikh Muqbil) sebagian dari risalah safar yang telah ditulis oleh saudara kita di jalan Allah, Asy-Syaikh Al-Fadhil, Az-Zahid, Al-Muhaddits, Al-Faqih Abu Abdirrohman Yahya bin 'Ali Al-Hajuri, semoga Allah menjaga beliau." (Muqoddimah Kitab "Dhiya'us Salikin" Syaikh Yahya Al-Hajuri)

Sebutan Az-Zahid, Al-Muhaddits, Al-Faqih adalah rekomendasi yang menunjukkan keilmuan dan keahlian Syaikh Yahya serta waro'-nya beliau.

Rekomendasi atas keilmuan Syaikh Yahya juga disampaikan oleh Syaikh Muhammad Al-Imam:

“Di zaman ini, tidaklah pantas untuk melakukan "Al-Jarh wat Ta’dil" kecuali Syaikh Robi' dan Syaikh Yahya." (Syaikh Yahya Fi Suthur wa Makanatihi ‘indal Imam Al-Wadi’i hal 5)

Semoga Allah senantiasa membimbing kita kepada jalan yang diridhoi-Nya, wa billahit tawfiq.

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar