Jawab: Haddadiyyah adalah pemahaman bid'ah yang membabi buta dalam mentabdi' (memvonis orang sebagai ahli
bid'ah) atau ghuluw (melampaui batas) dalam mentahdzir seseorang yang dianggap telah keluar dari kesalafiyyahannya.
Pemahaman Haddadiyyah ini dibangun oleh Abu Abdillah Mahmud Al-Haddad yang semula aktif menyambangi majelisnya para Ulama tetapi kemudian menyimpang lantaran terjerumus dalam bid'ah takfiriyyah khowarij.
Pemahaman Haddadiyyah ini dibangun oleh Abu Abdillah Mahmud Al-Haddad yang semula aktif menyambangi majelisnya para Ulama tetapi kemudian menyimpang lantaran terjerumus dalam bid'ah takfiriyyah khowarij.
Kebalikan dari pemahaman Haddadiyyah adalah pemahaman Sururiyyah yang bermudah-mudahan menganggap si Fulan sebagai
Ahlussunnah atau Salafy. Pemahaman ini dipelopori oleh Muhammad bin Surur. Karena sikap bermudah-mudahannya itu, dai-dai ahlul bid'ah diklaim sebagai Ahlussunnah dengan alasan banyaknya jasa dan kebaikan-kebaikan mereka terhadap umat. Padahal kebatilan yang mereka lakukan menyangkut prinsip, mengikuti hawa nafsu dan sama sekali tidak tergolong sebagai mujtahid.
Adapun manhaj Salaf Ahlussunnah wal Jama'ah
dalam perkara tabdi' atau tahdzir dibangun di atas ilmu dan pemahaman
yang benar, tidak berlaku ifroth
(melampaui batas) dan tidak tafrith (bermudah-mudahan) dengan merujuk kepada bimbingan para Ulama.
Perlu diketahui, manhaj Haddadiyyah dan Sururiyyah adalah dua model
pemahaman hizbiyyah yang hingga saat ini membayang-bayangi dakwah Salafiyyah. Haddadiyyah sesungguhnya bentuk lain dari pemahaman bid'ah takfiriyyah khowarij, sedangkan
Sururiyyah adalah bentuk lain dari pemahaman bid'ah Ikhwanul Muslimin.
Tidak ada yang selamat dari dua model hizbiyyah ini kecuali
orang yang diberi tawfiq oleh Allah.
Adapun Syaikh Yahya
Al-Hajuri beliau adalah salah seorang Ulama Ahlussunnah di masa kini. Beliau yang menggantikan
Syaikh Al-'Allamah Al-Muhaddits Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i.
Tuduhan-tuduhan yang dialamatkan kepada Syaikh Yahya tidak sepenuhnya benar, bahkan
beliau sendiri telah mengingkarinya. Syaikh Yahya berkata:
البلاد اليمنية فيها خير كثير من السلفيين وربي إي
والله، اذهبوا إلى قرية من القرى أو مدينة من المدن ربما تجدون فيها مسجدا
سلفيا، دعوة سلفية تقل و تكثر ما من بلد إلا و فيه خير وهذا خير والله لا
يحقر يا شيخ -وفقك الله- هذا يصب مصب النعمة والفضل لله سبحانه وتعالى ثم
لأهل السنة جميعا وأنت منهم،العلماء قبلك و بعدك، الباز، الألباني،
العثيمين، الفوزان، العباد شيخنا رحمه الله، سائر أهل العلم، وسائر أهل
السنة الدعاة إلى السلفية، هذه من ثمار دعوتهم، لا يحقر هذا الخير، ويقال
ما إلا هذا وما فيه إلا هذا من أجل هذا التحريش
"Negeri Yaman di
dalamnya ada banyak Salafiyyin, demi Robbku, demi Allah! Pergilah kalian
ke satu desa dari desa-desa yang ada, atau satu kota dari kota-kota
yang ada, maka kalian akan menjumpai masjid Salafy. Tidaklah dakwah
Salafiyyah tersebar di suatu negeri baik sedikit maupun banyak,
melainkan pasti ada kebaikan padanya. Demi Allah, ini adalah kebaikan,
jangan dianggap remeh wahai Syaikh -semoga Allah memberi engkau
tawfiq–. Ini adalah suatu kenikmatan, dan keutamaan hanya milik Allah
subhaanahu wa ta'ala. Kemudian bagi Ahlussunnah seluruhnya, termasuk
Anda (yakni Syaikh Robi' Al-Madkholi) di antara mereka. Baik Ulama yang
datang sebelum Anda atau setelahnya, semisal bin Baz, Al-Albani,
Al-Utsaimin, Al-Fawzan, Al-'Abbad, Syaikh kami semoga Allah merahmati
beliau, dan seluruh para Ulama, seluruh Ahlussunnah yang menyeru kepada
manhaj Salafiyyah, semua ini adalah buah dari dakwah mereka. Kebaikan
ini janganlah dianggap remeh. Jika dikatakan, tidak ada kecuali ini dan
tidak ada di dalamnya kecuali itu, semua itu diupayakan dalam rangka
memecah belah!" (An-Nushhur Rofi' Lil Walid Al-'Allamah Asy-Syaikh
Robi', bagian 2, hal. 17&18)
Syaikh Yahya juga mengingkari sebutan, "Pengikut-pengikut Yahya"
(seperti Hajuriyyun maupun Hajawiroh), karena beliau menegaskan kita
semua sesungguhnya pengikut Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam. (Idem, hal. 18)
Syaikh Yahya juga mengingkari sebutan,
"Imam Ats-Tsaqolain" (imamnya manusia dan jin), ungkapan seperti itu
bukan berasal dari Saya, dan Saya sama sekali tidak meyakininya. Ungkapan itu datang
dari seorang penyair yang tergelincir lisannya dan ia telah ruju' dari ucapannya
itu. Kami katakan bahkan Khowarij pun taubatnya diterima, "Dan
Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan dari
kesalahan-kesalahan dan Dia Mahamengetahui apa yang kalian perbuat."
Asy-Syuro: 25 (Idem, hal 15 & 19)
Adapun sebutan "An-Nashihul Amin" (penasehat yang terpercaya), maka kalimat itu berasal dari
Syaikh Muqbil karena baik sangkanya beliau terhadap Saya. Sungguh segala
pujian hanya bagi Allah semata. Semoga Allah memberi tawfiq kepada saya agar
senantiasa menyampaikan nasehat kepada kaum Muslimin, dan saya memohon
kepada Allah agar menjadi orang yang bisa dipercaya dalam mengemban amanah.
Akan tetapi, saya tidak menyukai sikap berlebih-lebihan, saya sudah
sering katakan, " Ya akhi! Hapuslah tulisan itu, Saya
tidak mau dengan ungkapan seperti itu, Saya tidak menyukainya." Kendati
demikian, istilah "An-Nashihul Amin" juga berasal dari para Ulama seperti Al-Hafidzh Ibnu Hajar Al-'Asqolani berkata, "Tidak boleh mena'bir
mimpi kecuali dari orang yang 'alim, nashihun amin..", Abu Nu'aim
dalam "Al-Hilyah" memuji At-Tustari dengan perkataannya, "Beliau seorang yang "Nashihan Aminan"." (Idem, hal. 16)
Dan masih banyak lagi
tuduhan-tuduhan dan kesimpangsiuran yang disandarkan kepada beliau. Termasuk
tuduhan menolak mendoakan rohmat atas wafatnya Syaikh Muhammad
Al-Wushobi. Dan Syaikh Yahya menyampaikan, bahwa semua sikap ghuluw (melampaui batas) jika
terbukti ada pada beliau, maka beliau tidak segan-segan untuk meninggalkannya karena Allah. Siapapun orangnya maka wajib bagi dia untuk meninggalkannya.
Cukuplah perkataan Syaikh Al-'Allamah Al-Muhaddits Muqbil bin
Hadi Al-Wadi'i untuk mengenal siapa sebetulnya Syaikh Yahya Al-Hajuri:
فقد قرئ علي شطر رسالة ((السفر)) لأخينا في الله الشيخ الفاضل، التقي
الزاهد، المحدث الفقيه أبي عبدالرحمن يحيى بن علي الحجوري حفظه الله
"Sungguh telah dibacakan kepada Saya (Syaikh Muqbil) sebagian dari
risalah safar yang telah ditulis oleh saudara kita di jalan Allah,
Asy-Syaikh Al-Fadhil, Az-Zahid, Al-Muhaddits, Al-Faqih Abu
Abdirrohman Yahya bin 'Ali Al-Hajuri, semoga Allah menjaga beliau."
(Muqoddimah Kitab "Dhiya'us Salikin" Syaikh Yahya Al-Hajuri)
Sebutan Az-Zahid, Al-Muhaddits, Al-Faqih adalah rekomendasi yang menunjukkan keilmuan dan keahlian Syaikh Yahya serta waro'-nya beliau.
Rekomendasi atas keilmuan
Syaikh Yahya juga disampaikan oleh Syaikh Muhammad Al-Imam:
“Di
zaman ini, tidaklah pantas untuk melakukan "Al-Jarh wat Ta’dil" kecuali Syaikh Robi' dan Syaikh Yahya." (Syaikh Yahya Fi Suthur wa
Makanatihi ‘indal Imam Al-Wadi’i hal 5)
Semoga Allah senantiasa membimbing kita kepada jalan yang diridhoi-Nya, wa billahit tawfiq.
Fikri
Abul Hasan
0 comments:
Posting Komentar