Rabu, 08 Juli 2015

Cukupkah Al-Qur'an dan Al-Hadits Saja?

Assalamu'alaikum pak Ustadz, apakah sebagai seorang muslim cukup mengatakan "Rujukan kami Al-Qur'an dan Al-Hadits saja"? Syukron jazakumulloh khoir. 

Jawab: Wa'alaikumussalam warohmatullah wabarokatuh. Kalimat tersebut relevan bila diucapkan sewaktu Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam masih hidup. Adapun sepeninggal beliau maka banyak bermunculan fitnah, kesimpangsiuran pemahaman maupun kelompok-kelompok yang menyimpang, sehingga butuh merujuk kepada pemahaman Salaf dalam memahami Al-Qur'an was Sunnah agar tidak keluar dari maksud dalil itu sendiri. Hal ini sebagaimana telah diwasiatkan oleh Nabi shollallahu 'alaihi wasallam:

"Barangsiapa yang masih hidup sepeninggalku sungguh ia akan melihat perselisihan yang banyak (perpecahan), maka wajib atas kalian (bila melihat perselisihan itu) berpegang teguh dengan sunnahku (cara beragamaku) dan sunnah para Shohabatku Al-Khulafa'urrosyidiin yang mendapat petunjuk setelahku. Gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi gerahammu." (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dinilai hasan shohih oleh Syaikh Al-Albani dalam "Shohihul Jami'" 2546)

Jadi pemahaman Salaf adalah pemahaman para Shohabat Nabi dalam menerjemahkan Al-Hadits dan penafsiran Rosulullah terhadap Al-Qur'an. Ini satu-satunya jalur pemahaman yang mendapat jaminan keselamatan dalam berislam. Andaikata hadits itu shohih, tetapi tidak merujuk kepada pemahaman Salafussholih, maka dia terancam oleh fitnah perpecahan seperti yang  telah dinubuwwahkan. Sebagaimana yang menimpa kelompok sesat yang diingkari oleh para Shohabat seperti Khowarij, Syiah, dan Qodariyyah.

Begitu pula paham-paham menyimpang yang  baru bermunculan seperti LDII, Ahmadiyyah maupun paham-paham yang lain, mereka semua mengaku rujuk kepada Al-Qur'an dan Hadits, akan tetapi prakteknya tidak mereka terjemahkan melalui bimbingan Salafussholih sehingga menjadi sebab fitnah dan perpecahan di antara kaum Muslimin.

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar