Sebagian pemuda berkata, “Aku beraqidah dengan aqidah Salaf, tetapi aku juga mengambil manhaj lain dari sebagian kelompok kaum Muslimin.” Apakah dibenarkan perkataan ini? Jazakumullah khairan.
Jawab Syaikh Zaid Al-Madkhali, "Perlu diketahui, Salafiyyah meliputi perkara aqidah, manhaj, dakwah maupun amal. Adapun aqidah dan amal maka keduanya saling bergandengan dan tidak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. Tidak mungkin seseorang memiliki aqidah yang benar dan sempurna, tetapi menyimpang dalam hal amal, begitu pula sebaliknya. Hal itu jelas bertolak belakang seperti yang telah kami jelaskan dalam bab, “Talbis ‘alan Nas.” Bagaimana mungkin dia mengklaim kesesuaian dalam perkara aqidah namun menyelisihi dalam hal manhaj maupun amal, atau selaras dalam hal amal namun bertentangan dalam perkara aqidah?!
Pemahaman semacam ini salah dan ini adalah talbis (pengkaburan syaithon) atas dirinya dan orang lain. Model paham seperti ini yang menjadi sebab penyimpangan orang-orang yang sesat. Wajib atas mereka meninggalkan pemahamannya itu dan berupaya mencocoki manhaj Salafusshalih serta berjalan bersama orang-orang yang merujuk kepada Salaf, baik dalam hal aqidah, ibadah, mu’amalah, manhaj dakwah, manhaj amar ma’ruf nahi munkar, manhaj al-wala’ wal baro’, sikap terhadap penguasa maupum segenap perkara yang berkaitan dengan ilmu maupun amal. Kami mengajak kepada manhaj yang haq ini dan berpegang teguh dengan jalannya Salaf serta mentahdzir (memperingatkan manusia) dari pemahamannya yang batil." (Al-'Aqdul Munaddhodul Jadid Fi Masa'il Fil Fiqh Wal Manahij wat Tauhid hal. 78)
Fikri Abul Hasan
الذي ينبغي أن يعلم أن السلفية عقيدة ومنهج ودعوة وعمل، فالعقيدة والعمل متلازمان لا ينفك أحدهما عن الآخر، فلا يمكن أن توجد عقيدة صحيحة كاملة مع وجود انحراف في العمل والعكس بالعكس، فهذا التناقض كما أسلفت من باب التلبيس على الناس، أن يدعي موافقة قوم في العقيدة ومخالفتهم في المنهج والعمل وموافقة قوم في العمل ومخالفتهم في العقيدة
Jawab Syaikh Zaid Al-Madkhali, "Perlu diketahui, Salafiyyah meliputi perkara aqidah, manhaj, dakwah maupun amal. Adapun aqidah dan amal maka keduanya saling bergandengan dan tidak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. Tidak mungkin seseorang memiliki aqidah yang benar dan sempurna, tetapi menyimpang dalam hal amal, begitu pula sebaliknya. Hal itu jelas bertolak belakang seperti yang telah kami jelaskan dalam bab, “Talbis ‘alan Nas.” Bagaimana mungkin dia mengklaim kesesuaian dalam perkara aqidah namun menyelisihi dalam hal manhaj maupun amal, atau selaras dalam hal amal namun bertentangan dalam perkara aqidah?!
هذا هو الخلط وهذا هو التلبيس على النفس وعلى الناس، وهذا الذي يضل به من يضل من الناس، والحاصل أن صاحب هذا الفكر وصاحب هذا المنهج يجب عليه أن يتخلص منه وأن يتفق مع السلف ومن يسير في طريق السلف في العقيدة والعبادة والمعاملة ومنهج الدعوة ومنهج الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر، ومنهج الولاء والبراء والموقف من ولاة الأمر وفي كل شأن من الشئون وفي كل باب من أبواب العلم والعمل، وندعوه إلى ذلك ونلزمه به ونحذره من صنيعه
Pemahaman semacam ini salah dan ini adalah talbis (pengkaburan syaithon) atas dirinya dan orang lain. Model paham seperti ini yang menjadi sebab penyimpangan orang-orang yang sesat. Wajib atas mereka meninggalkan pemahamannya itu dan berupaya mencocoki manhaj Salafusshalih serta berjalan bersama orang-orang yang merujuk kepada Salaf, baik dalam hal aqidah, ibadah, mu’amalah, manhaj dakwah, manhaj amar ma’ruf nahi munkar, manhaj al-wala’ wal baro’, sikap terhadap penguasa maupum segenap perkara yang berkaitan dengan ilmu maupun amal. Kami mengajak kepada manhaj yang haq ini dan berpegang teguh dengan jalannya Salaf serta mentahdzir (memperingatkan manusia) dari pemahamannya yang batil." (Al-'Aqdul Munaddhodul Jadid Fi Masa'il Fil Fiqh Wal Manahij wat Tauhid hal. 78)
Fikri Abul Hasan
0 comments:
Posting Komentar