Kamis, 30 Juli 2015

Aisyah bintu Abi Bakr, Figur Muslimah yang Terabaikan

Aisyah adalah isteri terbaik Rosulullah ﷺ sepeninggal Khodijah. Jiwa dan tangannya sangat mulia. Beliau dikenal penyabar dalam mengarungi rumah tangga. Senantiasa bersabar menghadapi kefaqiran dan kelaparan. Kedua pasangan yang Allah berkahi ini hanya cukup dengan beberapa biji kurma dan air demi menyambung hidupnya, berharap bisa tetap menjalankan ketaatan kepada Robbnya.

Tatkala dunia menghampiri umat Islam, pernah suatu ketika didatangkan uang sebanyak 100.000 dirham kepada Aisyah yang sedang berpuasa. Maka Aisyah membagi-bagikan semua dirhamnya dan tidak tersisa barang sedikitpun. Lantas seorang budak yang telah beliau merdekakan berkata kepadanya, “Tidakkah engkau membeli daging dengan dirham untuk berbuka?” Aisyah berkata, “Jika saja engkau mengingatkan aku tadi, tentu aku akan membelinya.” (Riwayat Al-Hakim dalam "Al-Mustadrok" 4/13, Abu Nu’aim dalam “Hilyatul Awliya” 2/47, Ibnu Sa’d dalam At-Thobaqot 8/67, para perawinya tsiqoh)

Dalam keadaan faqir ia tidak gelisah, ketika memiliki kelebihan harta ia tidak pongah. Kemuliaan jiwa telah menjaga Aisyah sampaipun ia tidak memperhatikan dunia di saat datang menghampirinya maupun meninggalkannya.

Aisyah adalah isteri terbaik yang senantiasa memperhatikan ilmu yang ia peroleh dari Rosulullah ﷺ. Sehingga keilmuan dan sastra Arabnya dijadikan rujukan bagi kaum laki-laki serta menjadi sumber pengambilan ilmu hadits, sunnah dan fiqh bagi mereka.

Al-Imam Az-Zuhri berkata, “Andaikata ilmunya Aisyah dikumpulkan dengan ilmu seluruh wanita, tentu ilmu Aisyah lebih utama.” (Riwayat Al-Hakim dalam “Al-Mustadrok” 4/11, Al-Haitsami dalam “Majma’uz Zawa’id 9/245, para perawinya tsiqoh). (Faidah dari Kitab “Nisa’ Hawlar Rosul”

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar