Selasa, 14 Juli 2015

Adab Thalibul Ilmi Terhadap Dirinya (Ilmu adalah Ibadah)

Syaikh Bakr Abu Zaid berkata, "Prinsip paling mendasar yang harus dipegangi oleh thalibul ilmi, bahkan dalam setiap urusan yang dituntut atas mereka ialah menyadari bahwa ilmu ini adalah ibadah. Sebagian ulama menyampaikan:

العلم صلاة السر و عبادة القلب

“Ilmu itu adalah shalat yang tersembunyi, dan ibadahnya hati.”

Berangkat dari pengertian ini, maka di antara syarat ibadah itu ialah mengikhlaskan niat untuk Allah semata. Allah berfirman, “Dan tidaklah mereka diperintah kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan niat dalam beragama.”

Disebutkan dalam hadits yang masyhur (dengan sanad yang tunggal) dari amirul mu’minin 'Umar bin Al-Khatthab radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Hanyalah nilai amalan-amalan itu bergantung dengan niatnya.”

Maka bila ilmu yang dipelajari itu luput dari niat yang ikhlas, ia akan berpindah dari seutama-utama amalan ketaataan kepada serendah-rendah penyimpangan. Dan tidak ada yang dapat membinasakan ilmu ini selain riya’, yakni "riya’ syirik" dan "riya’ ikhlas" (Adz-Dzakhirah 1/45, lil Qarafi). Serta semangat ingin di dengar orang (tasmi’) seperti ia mengatakan “Aku telah mengerti ilmu ini dan itu, dan menghapal ilmu ini dan itu."

Maka wahai thalibul ilmi, hendaknya engkau berupaya membersihkan niat dari segala perkara yang dapat mencampurinya dalam menuntut ilmu. Campuran niat itu seperti perasaan senang untuk tampil di depan umum, niat untuk menyaingi orang yang selevel dengannya sehingga ia bisa mengalahkan temannya, atau menjadikannya sebagai tangga demi meraih tujuan-tujuan dunia; seperti pemuliaan, harta, pengagungan dari orang, semangat untuk di dengar orang, mencari pujian, atau memalingkan wajah manusia kepadanya. Bila semua ini telah mencampuri niat maka akan menjadi sebab kerusakan hati, bahkan barakahnya ilmu yang ia pelajari itu sirna.

Oleh sebab itu menjadi kewajiban atasmu untuk melindungi niat dari segala bentuk campuran keinginan kepada selain Allah, bahkan engkau harus memagarinya." (Hilyah Thalibul 'Ilmi, hal. 4)

Fikri Abul Hasan

0 comments:

Posting Komentar